Duh, Susahnya Minum Obat!

By nova.id, Selasa, 8 Juni 2010 | 17:09 WIB
Duh Susahnya Minum Obat! (nova.id)

Jika anak "berhasil" minum obat dengan baik, berilah pujian. "Ini amat penting bagi anak karena ia akan merasa, minum obat merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan." Karena itulah, anjur Betty, pujian harus selalu diberikan setiap kali anak melakukan tindakan positif yang diharapkan orang tua. Misalnya, "Mama bangga, lho, Adik pintar sekali minum obatnya," lalu beri ciuman atau pelukan. Dengan begitu, ketika si anak harus minum obat lagi, ia sudah bisa mengadaptasinya. Akan lebih baik bila sesekali orang tua juga memberinya reward. Misalnya, "Kalau Adik minum obat, Ibu akan menceritakan dongeng kesukaan Adik."

PERHATIKAN KONDISI

Sering terjadi, si kecil hari ini tak menolak minum obat, tapi esoknya justru meronta-ronta. Kalau itu yang terjadi, saran Betty, perhatikan kondisi anak. Pada saat sakit, terangnya, anak berada dalam kondisi tak menyenangkan. "Entah mulutnya terasa pahit, ia sesak nafas, dan sebagainya. Otomatis, si anak akan merasa tak nyaman dengan dirinya sendiri. Nah, ketika harus minum obat yang rasanya tak sedap, ia jadi tambah tak nyaman."

Jadi, kurangilah dulu rasa tak nyaman anak. Jangan malah menjadi tak sabar, lalu marah. Anak pun jadi takut dan tak mau minum obat. Akibatnya, "Anak justru jadi belajar, jika ibunya marah, berarti obat tak akan diberi lagi. Besoknya atau kali lain kala harus minum obat, ia pun akan berusaha membuat ibunya marah agar tak diberi obat lagi.

Selain itu, anak batita belum mengerti, apa dan kenapa ia harus minum obat karena ia tak tahu manfaatnya. "Sekalipun orang tua sudah memberi tahu, namun tak semua anak bisa segera mengerti. Itu sebabnya kita harus sabar dan berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan." Apalagi, terulangnya perilaku sulit minum obat ini bisa terjadi kapan saja. Entah selama si anak sakit maupun nanti kala si anak kembali sakit. Bahkan, hanya untuk minum vitamin pun, ia bisa menolak.

Nah, hal seperti ini lebih disebabkan si anak tak mendapatkan hal-hal positif atau menyenangkan saat diberi obat. "Jika anak mendapatkan hal positif atau melakukan sesuatu yang menyenangkan, pasti akan diulanginya lagi. Tapi kalau sesuatu itu membuatnya tak enak maka dia tak akan melakukannya lagi," tandas Betty.

MUNTAH TANDA BERONTAK

Bila anak menolak minum obat untuk pertama kali, saran Betty, cobalah kembali. "Mungkin dengan paksaan secara halus." Namun tentunya harus sudah disiapkan dengan ujung sendok yang diberi rasa manis sehingga begitu dicecap, terasa manis. Kemudian anak agak dipaksa sedikit untuk membuka mulutnya. Misalnya, minta si kecil memencet hidungnya pelan-pelan sehingga ia akan mencari udara untuk bernafas. Nah, begitu hidung dipencet, mulutnya akan membuka dan saat itulah seluruh obat dimasukkan. Dengan memencet hidung juga akan mengurangi bau obat dan rasa tak enaknya.

Tak jarang terjadi, si kecil memuntahkan obatnya. "Biasanya karena anak merasa ada yang pahit." Muntah, bisa juga sebagai bentuk pemberontakan akibat orang tua memaksa dan bersikap keras. "Bujuklah si kecil untuk kembali minum obat beberapa saat kemudian. Kalau tidak, muntah bisa dijadikan senjata baginya tiap kali harus minum obat."

Agar si kecil semakin mudah minum obat, sebaiknya orang tua juga mengajaknya berdialog tentang kegunaan obat. Bukan hanya pada saat ia sakit, namun juga dalam pembicaraan mengenai kesehatan dalam keseharian anak. Perkenalkan kepadanya bahwa tak semua obat pahit rasanya. Ceritakan pula padanya, mengapa orang harus minum obat dan kapan harus minum obat atau vitamin.

Bila segala upaya sudah dilakukan namun si anak tetap sulit minum obat, siasati dengan cara mencampurkan obat tersebut ke dalam minuman kesukaan anak. Entah itu susu, sirup, atau jus buah. Tapi jangan lupa untuk mengkonfirmasikan sebelumnya pada dokter. "Tak perlu memberi tahu anak bahwa minumannya sudah dicampur obat." Yang jelas, kata Betty, "Jangan sekali-kali mencampur obat dengan nasi atau bubur, karena obat memiliki daya tahan tertentu. Bahkan, ada obat yang begitu dibuka harus segera diminum."

Untuk anak usia di bawah 2 tahun, pemberian bisa dilakukan dengan pipet. Selain lebih memudahkan, obat tak mengenai ujung lidah tapi langsung ke tengah atau samping lidah. Cuma harus pintar-pintar memberikannya agar tak sampai mengenai ujung lidah sehingga si kecil tak merasakan pahitnya obat.

Jadi, Pak-Bu, bersabarlah sampai si kecil berusia 5 tahun. Karena mulai usia itu, biasanya si kecil sudah tak sulit lagi minum obat.

Dedeh Kurniasih/nakita