Hati-Hati Dengan Pengasuh Bayi

By nova.id, Senin, 7 Juni 2010 | 17:43 WIB
Hati Hati Dengan Pengasuh Bayi (nova.id)

Pengasuh bayi memang jadi penting artinya saat kita tak bisa berada dekat si kecil. Tapi bukan berarti kita boleh santai-santai. Waspada tetap harus ada

Baru-baru ini di Taipei (Taiwan), seorang bayi berusia 3 bulan dianiaya pengasuhnya. Dipukul,dilempar ke atas sofa, dan perlakuan kasar lainnya. Itu pun baru ketahuan setelah kakak si bayi yang berusia 2,5 tahun mengadu pada ayah dan ibunya. Katanya, si adik sudah sering diperlakukan demikian oleh babysitter-nya.

Antara percaya dan tidak, akhirnya dipasanglah sebuah kamera untuk memonitor dan merekam apa yang dilakukan si pengasuh. Benar saja, si pengasuh memperlakukan si bayi dengan kasar sementara si kecil cuma bisa menangis keras. Adegan itu pun sempat ditayangkan di televisi di seluruh dunia, termasuk Indonesia.

"Tentu saja, dampaknya pada si anak akan amat besar," komentar Prof. Dr. Singgih D. Gunarsa yang amat tersentuh dengan berita tentang perlakukan kasar tadi. Bayi, kata Singgih, ibarat sebuah adonan yang belum terbentuk. "Jadi, perlakuan yang keras dan kasar akan memetakan sesuatu padanya," jelas Vice Chairman Tarumanagara Foundation ini. Bisa jadi setelah besar nanti si bayi akan kehilangan kehalusannya, kehilangan perangai, atau kehilangan keintiman. Karena semua itu tak biasa ia dapatkan akibat perlakuan kasar dan keras yang lebih kerap diterimanya.

MEMILIH PENGASUH

Meski peristiwa tersebut berlangsung di negeri tetangga, namun cukup membuat waswas para orang tua, khususnya para ibu yang terpaksa menyerahkan pengasuhan anaknya pada pengasuh bayi alias babysitter karena mereka harus bekerja di luar rumah. Itu pula yang jadi perhatian Singgih sehingga ia kemudian mengingatkan para orang tua untuk berhati-hati dalam memilih pengasuh anak. "Jangan cuma menitikberatkan pada keterampilan pengasuh semata. Perhatikan juga faktor kasih sayang karena babysitter merupakan sosok pribadi yang akan terus-menerus berhubungan dengan anak," tutur mantan Kepala Bagian Psikologi Anak dan Perkembangan Universitas Indonesia ini.

Memang, aku Singgih, tak mudah mendapatkan sosok pengasuh yang memiliki kecintaan pada anak. Masalahnya, si pengasuh bukanlah ibu yang langsung melahirkan si anak. "Pendek kata, para pengasuh bayi tak disiapkan untuk menjadi seorang ibu," ujarnya. Bekal yang mereka terima dari yayasan pun, umumnya hanya sebatas cara memberi makan bayi. Tentang bagaimana membujuk agar si bayi mau makan, misalnya, tak ada dalam pelajaran tersebut.

Bahkan tak jarang terjadi, bagaimana seharusnya mencuci peralatan makan/minum bayi, masih sering harus kita ajarkan dan latih. Nah, jangan lagi bicara soal pengetahuan yang menyangkut tumbuh kembang bayi. Amat sulit diharapkan

CEK DAN RICEK

Begitulah, mengingat tidak mudahnya memilih dan mendapatkan pengasuh anak yang pas, Singgih mengibaratkan proses seleksi babysitter mirip dengan seleksi pegawai perusahaan. "Yang pertama-tama harus diandalkan adalah feeling atau perasaan si orang tua. Kita mungkin tak punya background untuk menilai seorang pengasuh dengan cara yang obyektif. Jadi, mau tidak mau kita harus menggunakan feeling," kata penulis berbagai buku psikologi perkembangan dan psikologi olahraga ini.

Selain itu, orang tua juga perlu memperhatikan cara bicara sang calon pengasuh. Dari situ, kata Singgih, dapat diketahui bagaimana cara si pengasuh memberi respon terhadap sang bayi. Respon inilah yang nantinya akan mengembangkan cara bicara si bayi. "Ya, jangan menuntut tata bahasa yang prima. Yang logis-logis saja. Kita, kan, tak bisa sampai mengajari seorang pengasuh untuk berbicara dengan bahasa yang teratur dan baik." Setidaknya, dari nada suara si calon pengasuh, orang tua bisa tahu, apakah nada suaranya keras atau kasar, dan sebagainya.

Namun demikian, sekalipun orang tua telah menemukan pengasuh yang "tepat" untuk bayinya, Singgih tetap meminta agar orang tua tak hanya mengandalkan kepercayaan saat menggunakan jasa si pengasuh. "Sesibuk apa pun, orang tua harus tetap aktif mencari tahu bagaimana perlakuan si pengasuh terhadap bayi. Istilahnya, melakukan cek dan ricek. Jangan sampai orang tua menyerahkan kepercayaan sepenuhnya pada babysitter."