Tentunya sistem pengawasan dan pemantauan ini memang tak mudah. Tapi setidaknya para orang tua harus tetap berusaha mencari solusi yang terbaik. Nah, salah satu sistem pengawasan yang ditawarkan Singgih ialah mengajak orang lain ada di rumah untuk bekerja sama. Entah itu pembantu, sopir, atau tukang kebun. "Jadi, selagi orang tua pergi, ajak mereka untuk mengawasi babysitter. Kalau mereka mempunyai niat untuk membantu tentunya mereka akan gampang diajak bekerja sama."
BAYI REWEL
Untuk mengetahui apakah si bayi mengalami tindak kekerasan atau tidak, dapat dideteksi dengan melihatnya secara fisik. Misalnya, adakah ditemukan memar di bagian tertentu atau di sekujur tubuhnya. Sementara secara psikis, deteksi bisa dilakukan dengan melihat kerewelan si bayi. "Kerewelan bayi merupakan dampak jangka pendek yang mudah dikenali bila ia mendapat perlakuan yang tak benar dari si pengasuh," terang Singgih.
Nah, bila bayi ibu selalu rewel, waspadalah. Itu bisa merupakan tanda adanya suatu pemaksaan. Karena, seperti dikatakan Ketua Yayasan Anak Indonesia ini, "Suatu pemaksaan akan selalu menimbulkan unpleasant feeling."
Selanjutnya, bila orang tua menyadari atau mencurigai bayinya mengalami kekerasan fisik, Singgih menegaskan si bayi harus langsung ditarik dari suasana tersebut. "Jangan hanya karena terpaksa kita lalu mempercayakan bayi kita pada seseorang yang kita tahu tidak baik."
Bersamaan dengan itu, segeralah bawa si bayi ke dokter ahli anak untuk melakukan observasi psikis, emosi, maupun kesehatannya, sehingga bisa diketahui seberapa parah kekerasan yang dialami si bayi. "Seorang dokter ahli anak akan segera dapat mendeteksi, mana happy child atau yang unhappy child."
Lalu, apakah semua dampak kekerasan ini bisa dihilangkan? Syukurlah, jawabannya, ya! Walaupun dalam ilmu psikologi, menurut Singgih, kekerasan dapat meninggalkan "kenangan" tersendiri dalam memori anak, tapi, toh, tetap bukan harga mati. "Semakin kecil anak, kesempatan untuk memperbaiki semakin besar. Oleh sebab itu orang tua harus cepat mengganti kekerasan yang telah terjadi dengan memberi sentuhan kasih sayang pada anak dan tentu saja orang tua perlu membawa anak ke dokter ahli," tutur guru besar pada program Pasca Sarjana UI dan Universitas Gajah Mada ini.
Perlunya Wawancara
Satu hal yang kerap dilupakan oleh para ibu saat merekrut calon pengasuh anaknya adalah melakukan wawancara. Seringkali para ibu sudah merasa cukup hanya dengan mendengar referensi dari kenalan bahwa yayasan anu babysitter-nya bagus, kemudian langsung menerima si pengasuh setelah menelepon pihak yayasan. Syukur kalau ibu bisa langsung mendapatkan pengasuh yang cocok dan baik, tapi kalau tidak?
Nah, untuk mencegah hal-hal yang tak diinginkan, cobalah lakukan wawancara terlebih dulu. Tips berikut dapat membantu ibu dalam melakukan wawancara:
* Apakah ia rapi dan bersih?
Perhatikan penampilannya saat Anda bertemu pertama kali dengannya. Baju yang bernoda kotor, rambut yang tak teratur atau kelihatan kusam dan lengket karena jarang dikeramasi, serta kuku-kuku tangan yang kotor merupakan tanda-tanda buruk.