BISA SEMBUH
Orang tua sebaiknya jangan memberi label. Jika kondisinya berat, sebaiknya berkonsultasi dengan ahli untuk mendapatkan arahan terapinya. Adapun terapi yang dilakukan berorientasi pada pencapaian perkembangan yang optimal, baik dari segi perkembangan motorik maupun perkembangan yang lain.
Jadi, apabila anak tak bisa memasang kancing baju pada usia dimana ia diharapkan sudah bisa melakukannya, sebaiknya jangan menganggapnya sebagai anak bodoh atau malas. "Kemungkinan besar ia mengalami clumsy."
Anak sebaiknya juga jangan dibatasi untuk harus bisa melakukan apa yang sebetulnya ia belum bisa. Biasanya, kalau anak tak bisa menulis, ia akan diminta menulis terus. "Padahal, mungkin saja anak bisa jago main bola, misalnya. Atau, bisa saja ia nggak bisa menulis, tapi jago menyanyi." Jadi anak jangan hanya difokuskan pada ketidakmampuannya saja. "Harus dikembangkan kemampuan-kemampuan yang lain. Mungkin saja kemampuannya di bidang lain justru hebat."
Apakah clumsy bisa disembuhkan, menurut Dwidjo tergantung dari hambatan yang dilatarbelakangi patologi otaknya. "Kalau nggak terlalu berat, bisa sembuh 100 persen. Misalnya, apakah juga disertai hambatan-hambatan dalam fungsi persepsinya, hambatan-hambatan dalam fungsi konsentrasinya, dan hambatan-hambatan fungsi-fungsi lain. Kalau itu ada, akan makin sulit bagi anak."
Selain itu juga tergantung sejak kapan anak mulai dilatih. "Kalau sudah lewat 5 atau 6 tahun, plastisitas otak sudah semakin berkurang, sehingga efek latihan menjadi semakin sedikit."
Latihan Untuk Si Clumsy
Jika anak Anda usia 4 tahun, cobalah minta ia mempertemukan ibu jari dengan jari kelingkingnya. Bila ia tak dapat melakukannya, sebaiknya Anda berhati-hati. Atau bila di usia tersebut ia belum bisa memasang tali sepatu atau memegang sendok. Karena, hal ini berarti koordinasinya tidak bagus. "Bisa jadi ia mengalami clumsy," ujar Dwidjo. Langkah terbaik segera berkonsultasi ke dokter ahli syaraf/neurologi anak.
Untuk mengenali apakah si kecil termasuk clumsy, orang tua harus tahu tentang perkembangan normal motorik halus. Memang setiap anak berbeda dalam berbagai aspek perkembangannya. Selain dipengaruhi faktor potensi dan kapasitas inteleknya, juga dipengaruhi pola perkembangan perorangan dan keturunan. Yang penting, jangan menganggap enteng setiap kelambatan perkembangan yang dicapainya.
Banyak hal yang bisa dilakukan untuk melatih motorik halus. Misalnya, latihan menjumput, meronce, atau membuat bentuk dari lilin. Dwidjo juga menyarankan orang tua untuk tak menghambat anak yang suka mencorat-coret dinding. "Dengan mencoret-coret, anak melatih kemampuan motorik halusnya. Ini akan menghindari tingkatan clumsy," ujarnya. Bila ada anak yang tak suka menulis di buku, "Mungkin saja ia memang clumsy."
Sediakan kertas yang lebar atau tempelkan lembaran kertas di tembok. Bila perlu, buatlah kotak-kotak besar pada kertas yang ditempel di tembok. Setelah itu, ajari anak untuk menulis di dalam kotak. Besoknya, kotaknya diperkecil dan anak diminta mencoret di kotak terkecil. "Tanpa disadari, anak akan mulai mengatur gerakan motorik, sehingga perkembangan motoriknya akan mulai lebih bagus."
Latihan lainnya ialah dengan meminta anak mengepalkan dan membuka telapak tangannya secara bergantian dalam waktu bersamaan. Misalnya, tangan kanan mengepal bersamaan dengan tangan kiri membuka, lalu tangan kiri mengepal bersamaan dengan tangan kanan membuka, dan seterusnya.
Hasto Prianggoro/nakita