Dampak Buruk Obat Nyamuk

By nova.id, Selasa, 25 Mei 2010 | 17:05 WIB
Dampak Buruk Obat Nyamuk (nova.id)

Maunya,sih, biar si kecil bisa tidur nyenyak tanpa gangguan nyamuk. Tapi hati-hati, lo, ia masih rentan terhadap zat racun yang ditimbulkan obat nyamuk.

Nginggg...ngingg...nging... Siapa yang tak sebal dengan bunyi nyamuk di malam hari. Tidur enak pun jadi terganggu karena denging suara dan gigitannya. Apalagi untuk si kecil. Ia jadi terbangun karena digigit nyamuk, kemudian menjadi rewel.

Nah, gara-gara tak ingin si kecil terganggu tidurnya, biasanya kita menggunakan obat nyamuk. Entah yang dalam bentuk semprot, bakar, oles maupun elektrik. "Pada prinsipnya semua obat nyamuk memiliki khasiat sama, untuk membunuh dan mengusir nyamuk. Bedanya cuma dalam kemasan dan konsentrasi bahan aktif atau zat racunnya," ujar dr.H. Bambang Supriyatno, SpA, dari RSUPN Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Tapi tahukah para Ibu dan Ayah bahwa obat nyamuk bisa menjadi "ancaman" buat kita? Apalagi jika si kecil termasuk anak yang peka atau sensitif.

ANEKA RESIKO

Mengapa obat nyamuk berbahaya buat manusia? Sebab ia mengandung bahan aktif yang termasuk golongan organofosfat. Bahan aktif ini adalah Dichlorovynil dimethyl phosfat (DDVP), Propoxur (Karbamat) dan Diethyltoluamide, yang merupakan jenis insektisida pembunuh serangga.

Memang, seperti dijelaskan Bambang Supriyatno, tak semua bahan aktif tadi murni. Artinya, ada zat tambahannya. "Entah itu pewarna, pengawet, ataupun pewangi. Jadi, seperti ingridien dalam makanan. Campuran bahan tambahan tadi untuk memberi wewangian tertentu, karena umumnya bahan aktif berbau kurang sedap." Nah, asal tahu saja, bahan-bahan tambahan ini pun berdampak pula pada kesehatan. Jadi, berlipat gandalah dampak buruk si obat nyamuk ini.

Racun nyamuk ditemukan pada semua jenis obat nyamuk. "Pada obat nyamuk bakar, semprot, dan elektrik lebih cenderung untuk membunuh nyamuk. Sedangkan pada obat nyamuk oles lebih pada pencegahannya, yaitu mengusir nyamuk," jelas Bambang.

Kendati mengeluarkan zat racun yang sama, dosis masing-masing obat nyamuk berbeda satu sama lain. Ditilik dari segi konsentrasi atau komposisi, bahan aktif pada obat nyamuk terdiri dari konsentrasi ringan sampai berat. Dari yang kurang toksid sampai yang lebih toksid.

Yang jelas, semua itu tergantung dari kadar konsentrasi racun dan jumlah pemakaiannya. Misalnya, kadar konsentrasi bahan aktif obat nyamuk semprot mungkin sedikit, tapi kalau disemprotkan berulang kali tentu kadarnya akan bertambah banyak. Obat nyamuk yang memiliki kadar demikian mungkin bisa mematikan nyamuk dengan cepat, tapi membahayakan kesehatan manusia.

Risiko terbesar terdapat pada obat nyamuk bakar karena secara langsung mengeluarkan asap yang dapat terhirup. Sedangkan obat nyamuk semprot berbentuk cair memiliki konsentrasi berbeda, karena cairan yang dikeluarkan ini akan diubah menjadi gas. Artinya, dosisnya lebih kecil. Sementara obat nyamuk elektrik lebih kecil lagi, karena bekerja dengan cara mengeluarkan asap tapi dengan daya elektrik.

Dengan demikian, makin kecil dosis bahan zat aktif, makin kecil pula bau yang ditimbulkan. Sekaligus, makin minim pula kemungkinan mengganggu kenyamanan manusia.

Umumnya bahan aktif yang dipakai pada obat nyamuk adalah yang cepat terurai dan berdaya racun tinggi, dalam arti mematikan nyamuk dengan cepat. Namun, pemakaian obat nyamuk yang tidak benar, dapat membahayakan kesehatan. Seberapa jauh dampaknya tergantung pada jenis, jumlah, usia dan bahan campurannya.

BATUK JADI PERTANDA

Bayi dan balita bisa dikatakan rentan terhadap obat nyamuk. Hal ini bisa terjadi karena organ- organ tubuhnya belum sempurna, daya tahan tubuhnya belum baik, refleks batuknya pun belum baik, dan sebagainya. Bahkan, bisa lebih berbahaya lagi pada anak yang alergi dan punya bakat asma.

"Bahan aktif dari obat nyamuk masuk ke dalam tubuh, baik melalui pernafasan maupun kulit, ke peredaran darah. Setelah itu menyebar pada sel-sel tubuh. Ada yang ke pernafasan, ke otak lewat susunan saraf pusat, dan lain-lain. Nah, organ mana yang sensitif maka itulah yang akan terkena. Tentunya karena obat nyamuk lebih pada hirupan maka yang paling berperan sekali adalah pernafasan. Sementara kalau lewat kulit sangat tergantung pada daya sensitifitas atau kepekaan kulit anaknya," jelas Bambang.

Jadi, gangguan-gangguan pada organ tubuh bisa saja terjadi, bila pemakaian obat nyamuk tidak terkontrol sehingga dipakai dalam dosis yang berlebihan. Anak yang punya alergi akan lebih menunjukkan reaksi. Terutama pada saluran nafasnya. Ia akan lebih mudah batuk. Hal ini terjadi karena adanya gangguan mekanisme pertahanan saluran nafas, yang diakibatkan bahan aktif yang terhirup.

Pada saluran nafas itu terdapat suatu epitel atau pelapis saluran nafas. Nah, epitel ini mempunyai silia seperti rambut getar yang berfungsi untuk mengeluarkan sesuatu. Misalnya ada sekret (cairan lendir), benda asing yang ada dalam saluran nafas. Benda ini mesti dikeluarkan ke atas dengan bantuan silia yang menyapu seperti gelombang, karena bahan aktif tadi bukan kuman, tapi merupakan zat-zat yang iritatif. Sel epitel tadi lebih mudah rusak begitu pula dengan silianya. Jika keduanya rusak, benda-benda tadi tak dapat disapu.

Selain itu, sel-sel di bawah lapisan itu juga terkena sehingga mengeluarkan lendir atau cairan kental. Akibat selanjutnya saluran nafas jadi sedikit mengkerut, karena syaraf-syarafnya terganggu. "Karena epitel dan silia rusak, tubuh berusaha untuk mengeluarkan sekret atau benda asing tersebut secara aktif. Caranya dengan batuk. Keluhan inilah yang sering terjadi," jelas Bambang.

Reaksi yang terjadi bisa cepat, bisa juga lambat. Pada anak yang sensitif organ pernafasannya, reaksinya bisa saat itu juga atau timbul dalam beberapa menit. Begitu terhirup bau obat nyamuk, ia langsung batuk-batuk. Tapi ada juga yang setelah enam jam baru batuk-batuk. Obat nyamuk bisa juga menjadi faktor pencetus asma. Dampak ini terlihat pada anak yang memiliki bakat asma.

Lain lagi bila terjadi pada anak yang memiliki kulit sensitif. Bila terkena bahan-bahan yang terkandung dalam obat nyamuk, terutama bahan tambahannya, kulitnya akan kemerahan. Dan ketika digaruk akan timbul lecet dan mungkin bisa menjadi eksim.

Dedeh Kurniasih/nakita