Apalagi, lanjut Sadoso, tanpa diajar senam pun, anak sebetulnya sudah melakukan gerakan-gerakan senam. Contohnya, kebiasaan meloncat-loncat di atas tempat tidur. "itu, kan, gerakan dasar senam trampolin (lompat). Seperti halnya ia suka berjalan meniti di bibir trotoar/pembatas parkir mobil, sebetulnya itu sama dengan dasar senam, yaitu perimbangan meniti balok titian."
Dengan meningkatnya usia, gerakan bisa ditingkatkan. Semisal belajar menggerakan serta mengkoordinasikan seoptimal mungkin alat penggerak anggota badannya. Lari secepat mungkin, jalan sejauh mungkin, melompat dengan tali, dan lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk membangun fondasi yang kokoh dalam posisi badannya.
OLAHRAGA YANG TEPAT
Bagaimana dengan renang? Tentu saja batita sudah boleh diajarkan berenang. Pada tahap awal, beri latihan mengapung dengan ditopang kedua telapak tangan. "Baru secara bertahap mengapung tanpa penopang. Jika sudah dapat mengapung, usahakan agar ia mau bergerak maju. Secara naluriah ia akan berusaha menggerak-gerakan tangan dan kakinya mencari keseimbangan badannya agar tak tenggelam. Ia pun akan menentukan gaya renang sesuai dengan naluri dan kesenangannya."
Yang penting diperhatikan, olahraga untuk batita harus berbentuk permainan. Sebab olahraga formal, kata Sadoso, "Gampang membuat anak jenuh karena banyak aturannya."
Di sisi lain, Sadoso amat tak setuju jika anak batita diberi olahraga khusus (spesialisasi). "Perkembangan fisiknya belum sempurna. Kalau dipaksa, justru bahaya." Pertumbuhan tulang, jelasnya, terjadi pada ujung-ujung tulang tersebut. Nah, jika di usia dini anak sudah dipaksa latihan loncat berulang kali, pusat pertumbuhan tadi bisa hancur karena besarnya beban yang harus ditanggung kaki. "Akibatnya, pertumbuhannya jadi terhenti dan ia jadi kerdil."
Tak perlu pula buru-buru memasukkan anak ke kelas balet. "Pembebanan yang terus-menerus, kurang bagus untuk pertumbuhan anak. Lain halnya kalau sekadar latihan, sesuai dengan takaran anak." Untuk tenis, Sadoso menganjurkan sebaiknya dimulai di usia 8 tahun serta umur 10 tahun untuk sepakbola.
DAYA TAHAN TUBUH
Porsi latihan untuk batita, harus disesuaikan dengan kemampuannya. "Secapeknya dia saja. Biasanya satu jam pun anak-anak sudah capek. Nah, kalau sudah capek, tentunya ia akan berhenti sendiri. Biasanya anak-anak, kan, gampang capek namun gampang pula pulihnya."
Jangan beri ia porsi yang berlebihan karena hanya akan menurunkan kekebalan tubuh. "Contohnya atlet yang karena porsi dan intensitas latihannya melebihi takaran normal, persediaan obatnya juga sangat banyak. Sehabis tanding pun, mereka sampai dua hari tak boleh dekat-dekat dengan orang yang sakit karena kekebalan tubuhnya sedang menurun."
Itu pula yang terjadi pada anak. Jika terlalu lelah, daya tahan tubuhnya akan menurun. Akibatnya, jika di dekatnya ada orang sakit, ia pun akan cepat tertular. "Latihan yang berlebihan dalam jangka panjang, juga akan berdampak buruk pada pertumbuhannya."
Selain itu, pesan Sadoso, sehabis berolahraga jangan langsung memberi si kecil makan. "Saat dia berlari, sebagian besar darah berada di otot. Padahal, pada saat makan, darah akan dialihkan ke pencernaan. Jadi, sebaiknya sehabis berlari, istirahat sebentar. Minimal 5 menit. Jika peredaraan darahnya sudah normal lagi, baru makan."