Pentingnya Membentuk Pola Tidur Anak (2)

By nova.id, Kamis, 6 Mei 2010 | 20:58 WIB
Pentingnya Membentuk Pola Tidur Anak 2 (nova.id)

Pentingnya Membentuk Pola Tidur Anak 2 (nova.id)

"Foto: Iman "

Agar si kecil mudah tidur, Ninik juga menganjurkan untuk memperhatikan suasana kamar. "Suasananya harus cukup temaram, jangan gelap. Secara psikologis, dalam suasana gelap, mau melakukan sesuatu pun rasanya ada hambatan. Sebaliknya, jika dibiarkan terang, mau tak mau anak akan terus ingin main, sehingga ia tak mau tidur."

Tentunya gangguan dari luar semacam teve di ruang tengah juga harus diperhatikan. Matikan pesawat teve ketika si kecil hendak berangkat tidur. "Teve yang dihidupkan akan membuat anak tak mau tidur. Apalagi jika ia mendengar soundtrack film kesukaannya atau mendengar lagu kegemarannya, ia pasti akan bergegas untuk kembali ke ruang teve."

Saat anak mau tidur, orang tua sebaiknya menunggui. Bisa sambil diajak main di tempat tidur, mendongenginya, ataupun ikut tiduran di ranjangnya. "Lama-lama si anak akan mengantuk juga. Malah, sering terjadi anak yang tadinya bersikeras menolak tidur, ternyata begitu sampai di tempat tidur langsung tertidur."

Anak-anak, menurut Ninik, biasanya gampang tertidur jika dalam keadaan capek. "Selain tentunya perutnya harus kenyang. Orang kenyang biasanya gampang mengantuk karena aktivitas darah terpusat ke pencernaan sesudah ia makan, sehingga otak kekurangan oksigen." Tapi makanannya jangan yang mengandung kafein semisal kopi, cola, atau cokelat. Nanti si anak malah jadi nggak bisa tidur.

Anak juga biasanya mudah tertidur dalam kendaraan berjalan. Karena dalam kendaraan bergerak dirasakan seperti ayunan. Tapi bukan berarti orang tua lantas mengendong dan mengayun-ayunnya, semata agar ia mau tidur. Ingat, ia bukan bayi lagi.

TERBANGUN DI TENGAH MALAM

Adakalanya si kecil tak bisa tidur nyenyak. Ia terbangun di tengah malam dan menjerit-jerit tak karuan. "Biasanya karena mimpi. Tak usah panik. Elus-elus atau tepuk-tepuk lembut hingga ia tertidur lagi. Karena yang penting bagi anak adalah rasa aman," terang Ninik. Apalagi biasanya belum tentu ia terbangun. "Bisa jadi jeritannya itu hanya pelepasan dari mimpinya. Nah, dengan adanya pelukan dan kehadiran orang tua di sebelahnya, rasa aman itu akan terpenuhi sehingga ia bisa tidur lagi dengan tenang."

Karena itu Ninik menganjurkan agar 1-2 jam sebelum tidur si anak diminta istirahat. "Jangan melakukan aktivitas yang melelahkan. Karena akan meningkatkankan kewaspadaannya sehingga tidurnya jadi tak tenang." Lebih baik lakukan aktivitas fisik yang tak menguras tenaga semisal main lego, main kartu, atau mendengarkan dongeng. Sehingga anak akan tidur dalam keadaan tenang dan tidurnya pun akan nyenyak serta tak bermimpi buruk.

Jangan pula orang tua membiarkan anak melihat acara teve yang seram ataupun bertengkar dengan saudaranya. Karena suasana yang mencekam ini akan terbawa pula ke dalam tidurnya, yang akhirnya membuat ia bermimpi buruk.

Jika si kecil belum juga mau tidur, orang tua tak perlu memaksa. Tapi ia tetap harus diajak masuk ke kamarnya karena sudah waktunya tidur. Biarkan ia bermain-main di kamarnya seperti membaca buku bergambar, main lego atau kartu, dan sebagainya. Pokoknya, mainan yang tak memerlukan aktivitas fisik. Dengan begitu, sama artinya ia beristirahat juga. Cuma istirahatnya bukan tidur, melainkan bermain di kamar.

TIDUR SENDIRI

Dalam menerapkan pola tidur, yang tak kalah penting ialah melatihnya tidur sendiri. "Tentu cara melatihnya harus secara bertahap, seperti halnya proses menyapih. Karena hal ini erat kaitannya dengan rasa aman si anak," tutur Ninik.

Yang termudah tentulah jika kebiasaan tidur sendiri sudah dilakukan sejak masih bayi. Paling tidak, saat bayi ditidurkan di dalam boks, tak seranjang dengan ibu-bapaknya. Selanjutnya setelah agak besar, ia tidur di kamar sendiri.

Jika di usia batita orang tua baru akan menerapkan kebiasaan tidur sendiri pada si kecil, maka orang tua harus sabar. Pertama-tama siapkan kamar anak sesuai seleranya. Ingat, si anaklah yang akan tidur di kamar itu. Jadi, jangan menurut selera orang tua. Ada baiknya bila si anak diajak menghias kamarnya bersama-sama. Tak perlu dengan barang mahal. Untuk hiasan dinding, misalnya, bisa dibuat dari guntingan majalah yang ditempelkan di karton dan diberi pigura. Atau gambar-gambar hasil karya si anak sendiri. Boneka atau mainan lain juga boleh ditempatkan di kamarnya.

Di siang hari ajaklah anak untuk bermain dan tidur di kamarnya. Secara bertahap, terangkan pula bahwa kamar itu adalah kamarnya. "Lama-lama ia akan familiar dengan kamar tersebut," ujar Ninik.

Selanjutnya, minta si anak agar mau tidur sendiri. "Awalnya pasti ia akan takut tidur sendirian. Orang tua boleh menemaninya dan jika ia sudah terlelap, ditinggal." Bila perlu, buatkan pintu penghubung dengan kamar orang tua dan pintu tersebut agar dibuka. Jadi ia masih dapat melihat orang tuanya, sehingga tak merasa takut lagi ditinggal sendirian. Tentunya orang tua harus tegas dalam hal ini, karena erat kaitannya dengan kemandirian si anak. Jadi, "Jangan bilang enggak tega hanya gara-gara anak merengek."

Begitu juga jika orang tua ingin melatih anak tidur dalam suasana gelap. Mula-mula temani anak dalam keadaan terang. Lalu cobalah memakai lampu yang temaram. Setelah itu baru digelapkan. Katakan padanya, "Coba, deh, Adik lihat dalam gelap. Bisa kelihatan juga, kan? Coba lihat gantungan di pojok itu. Itu, kan, boneka Adik. Ayo, sekarang kita buktikan dengan menyalakan lampu kembali. Tuh, betul, kan, itu boneka. Nah, sekarang kita gelapkan lagi, ya. Coba, deh, sekarang Adik merem. Nggak ada apa-apa, kan? Bunda akan tetap di sini bersama Adik, kok."

Bagaimana? Sudah siap, kan, melatih si kecil berdisiplin tidur?

Indah Mulatsih/nakita