Baik Buruknya Popok Sekali Pakai

By nova.id, Jumat, 23 April 2010 | 06:09 WIB
Baik Buruknya Popok Sekali Pakai (nova.id)

Kalau tak hati-hati, kulit bayi bisa teriritasi. Cari yang cocok untuk si kecil dan perhatikan betul cara pemakaiannya.

Praktis. Begitulah jawaban para ibu kalau ditanya mengapa anaknya diberi popok sekali pakai alias diaper. "Cocok banget untuk musim hujan. Kalau pakai popok kain, kan, harus dicuci dan dijemur. Kapan keringnya?"

Memang, popok sekali pakai jadi mempermudah pekerjaan ibu. Minimal, tak perlu mencuci atau mengganti popok kain setiap kali si kecil pipis. "Selain ibu tak perlu bangun malam, anak juga bisa tidur lebih lelap di malam hari karena tak terganggu. Kalau pakai popok kain, tiap kencing, kan, harus diganti," ujar dr. H.M.V. Ghazali MBA. MM atau Vinci dari Klinik Kid's World, Kramat Batu Jakarta Selatan.

Berbagai jenis popok sekali pakai, kini semakin banyak tersedia di pasaran. Memang, sih, setelah krismon, banyak ibu kembali ke popok kain karena harga diaper (apalagi yang impor), jadi luar biasa mahal. Variasinya pun beragam. Ada yang dibuat khusus untuk bayi perempuan/laki, ada pula yang uniseks. Dari mutu, ada yang berdaya serap tinggi dan sebaliknya.

Yang jelas, berbagai merek diaper itu memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. "Tapi yang penting," pesan Vinci Ghazali, "Jangan pernah mengabaikan masalah kebersihan. Yang sering terjadi, para ibu merasa yakin, pakai diaper pasti bayinya bersih terus." Padahal, kalau popok sekali pakai itu sudah penuh (bayi kencing berulang-ulang), "Daerah di sekitarnya jadi lembab dan bisa menimbulkan iritasi pada kulit anak." Selain itu, rekatan yang rapat dari diaper, bisa saja membuat kulit jadi tak bisa bernapas.

ALERGI DAN IRITASI

Jadi bukan berarti dengan diaper segalanya terus beres, lo. Kelembaban akibat tumpukan air seni atau tinja, menjadi tempat yang paling menyenangkan bagi bakteri dan jamur untuk berkembang biak dan menyebar. Begitu pula jika diaper terkontaminasi oleh bedak dan lotion. Bukankah para ibu "hobi" menaburkan bedak di sekitar alat kelamin atau anus bayi? Dengan kata lain, popok sekali pakai tadi menjadi tak higienis lagi. Dari sinilah, iritasi kulit terjadi.

Gejala awalnya, jelas Vinci Ghazali, terlihat dari kulit yang kemerahan. Bahkan bisa menjadi radang kulit (dermatitis). Yang lebih parah, jika bagian anus kena iritasi, akan cepat menyebar ke alat kelamin dan lipatan pangkal paha. Akibatnya, terjadi infeksi sekunder di kedua daerah tersebut. Bayi pun menjadi rewel karena ia merasa kulitnya gatal, perih, dan panas.

Bahan diaper sendiri bisa menimbulkan alergi pada kulit bayi. Sebab, tiap bayi punya kepekaan kulit sendiri-sendiri.Karena itu, kita harus pandai-pandai memilih bahan yang cocok untuk si kecil.

Seperti dituturkan Vinci Ghazali, reaksi alergi menyebabkan permukaan kulit rusak. "Ditambah lagi dengan adanya bakteri serta jamur, permukaan kulit yang sudah rusak ini membuat hilangnya pertahanan tubuh." Reaksi lanjutnya, biasanya muncul secara tiba-tiba dalam waktu 1-2 hari. "Ini berbeda dengan iritasi yang timbulnya lebih lama, setelah beberapa hari atau minggu." Meski begitu, soal waktu tak bisa dijadikan patokan. "Sebab, iritasi dan alergi bisa tumpang tindih terjadinya. Yang pasti, kalau sudah timbul merah-merah di kulit, diikuti lecet atau melepuh seperti bisul air, berarti alerginya sudah akut."

Kasus yang paling sering terjadi, papar Vinci Ghazali, adalah warna kemerahan di sekitar daerah yang langsung berhubungan dengan diaper, yaitu anus, alat kelamin, serta lipatan pangkal paha. "Jarang, kok, yang sampai ke infeksi sekunder."

MAU HEMAT JADI BOROS

Soal berapa sering diaper harus diganti, tergantung dari frekuensi buang air kecil/besar bayi. "Di tempat panas, misalnya, bayi cenderung lebih banyak berkeringat dan air seninya berkurang. Di tempat dingin atau ber-AC, pipisnya yang lebih banyak." Faktor lain adalah banyak atau sedikitnya bayi minum. "Makin banyak minum, otomatis pipisnya lebih banyak. Selain itu, bayi yang sudah diberi makanan padat, frekuensi buang air kecilnya akan lebih jarang dibanding yang hanya menyusui."

Cara mudah untuk menentukan berapa banyak diaper yang diperlukan tiap harinya, kata Vinci Ghazali, "Perhatikan frekuensi buang air kecil/besar si kecil. Paling tidak, akan tercium bau jika diaper sudah kotor," ujar lulusan FKUI ini. Cara ini pun sekaligus untuk mencegah terjadinya iritasi.

Saat akan mengganti popok sekali pakai, jangan pernah lupa membersihkan anus dan alat kelamin anak (menceboki atau membasuh dengan lap basah yang bersih). Setelah itu, lap hingga kering, baru diaper dipakaikan. Ada baiknya secara berkala membiarkan anak tanpa diaper. Dengan begitu, kulit dianginkan sebentar sehingga kelembaban hilang sama sekali. Ini juga penting untuk memberi kesempatan kulit bernapas.

Yang lebih baik memang popok kain. Lebih cepat ketahuan jika anak buang air besar/kecil, sekaligus irit biaya. Hitung saja, kalau sehari si kecil perlu 5-6 diaper, misalnya, berapa uang yang mesti dikeluarkan dalam sebulan? Cari diaper yang murah? Ini bukan solusi yang baik juga. Soalnya, biasanya kalau murah, mutunya rendah. Akhirnya, anak lebih gampang kena iritasi atau alergi sehingga harus berobat ke dokter. Malah lebih boros, jadinya.

Idealnya, pakaikan diaper hanya bila perlu. Misalnya, sedang dalam perjalanan atau pada malam hari. "Tapi jangan lupa dikontrol. Kalau sudah penuh pipis, ganti." Ya, berkorban sedikit, deh, daripada si kecil terkena iritasi. Malah repot, kan?

Cara Tepat Memakaikan Diaper

1. Jangan pernah lupa (apalagi malas) membersihkan lalu mengeringkan alat kelamin dan sekitarnya, termasuk daerah anus, sebelum memakaikan diaper.

2. Baby oil atau krim bisa diolesi di bagian lipatan kulit jika Anda yakin benar, zat tersebut tak menimbulkan iritasi pada kulit bayi setelah terkontaminasi dengan diaper.

3. Selalu bersihkan tangan sebelum menceboki bayi.

4. Perhatikan benar mana bagian untuk menutupi bokong dan alat kelamin. Sering terjadi diaper dipasang terbalik karena tergesa-gesa.

5. Jangan buka perekat diaper sebelum "menempel" di bokong bayi.

6. Angkat kedua pergelangan kaki anak hingga bokongnya ikut terangkat. Masukkan diaper ke celah tersebut sampai satu sisinya segaris dengan pinggang anak.

7. Lipat bagian depan diaper ke arah perut. Jika bayi Anda laki-laki, sebelumnya atur lebih dulu posisi penisnya. Arahkan ujung penis ke arah kaki (pangkal paha).

8. Pegang salah satu sisi diaper yang sudah menutupi alat kelamin dengan satu tangan Anda dan agak ditekan dengan satu jari sementara tangan lainnya melepas perekat untuk kemudian direkatkan ke bagian depan, sejajar sisi atas diaper. Lakukan hal yang sama pada sisi satunya.

9. Pastikan letak diaper nyaman di sekitar kaki dan tak berkerut. Jika terlalu longgar atau rapat, perbaiki kembali letak perekatnya. Minimal ada ruang untuk satu jari Anda. Diaper yang "bagus" biasanya memiliki nomor di sisi kiri dan kanan bagian depan tempat perekatan sebagai ukuran pinggang si bayi.

Dedeh Kurniasih