Hidup Normal Kendati Menderita Epilepsi

By nova.id, Minggu, 18 April 2010 | 17:42 WIB
Hidup Normal Kendati Menderita Epilepsi (nova.id)

Ia bisa tetap bermain seperti halnya anak lain dan tak selalu akan menjadi anak bodoh. Yang penting, kita harus lebih waspada dalam mengawasinya.

Ibu Nindita panik ketika mendengar "vonis" dokter bahwa balitanya mengidap epilepsi. "Tapi, anak saya tidak pernah kelojotan, kejang-kejang, atau mengeluarkan busa di mulut. Ia cuma sering bengong, lalu bibirnya bergerak-gerak seperti mengecap. Masak itu epilepsi, Dok?" tanyanya sambil menahan tangis.

Keraguan Ibu Nindita wajar-wajar saja karena selama ini kita selalu mengasosiasikan epilepsi dengan kejang-kejang, kehilangan kesadaran (pingsan), dan mulut yang mengeluarkan buih/busa.

Epilepsi, menurut dr.H. Rachmat Sentika, Sp.A., MARS, dari RS Internasional Bintaro, adalah bangkitan berulang secara periodik, berupa gangguan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, otonom, fungsi luhur, dan gangguan tingkah laku. Tanda-tandanya bisa berupa kehilangan kesadaran untuk waktu tertentu, kejang-kejang, lidah menjulur, keluar air liur, gemetar, tiba-tiba black out.

Bisa juga muncul dalam bentuk gangguan tingkah laku, gangguan halusinasi, berkeringat, panas tinggi, mata kucing pada mata melebar, atau seolah-olah tertidur. Atau bisa juga muncul hanya dengan mata berkedip-kedip.

ANEKA JENIS

Jenis-jenis epilepsi dapat terlihat dari tanda-tanda saat serangan terjadi. Serangan grand mal (tonik klonik) merupakan jenis epilepsi yang paling sering dijumpai. Tanda-tandanya, kesadaran penderita secara mendadak hilang, disertai kejang tonik (badan dan anggota gerak menjadi kaku), dan kemudian diikuti kejang klonik (badan dan anggota gerak berkejut-kejut, kelojotan).

Saat serangan dimulai, penderita akan jatuh kaku seperti benda mati. Kadang-kadang muncul suara menyerupai jeritan (epileptic cry). "Ini terjadi karena saat dilanda kejang tonik, udara dikeluarkan dengan kuat dari paru-paru melalui pita suara sehingga mengeluarkan bunyi," jelas Rachmat, lulusan FK Universitas Padjadjaran, Bandung.

Saat kejang tonik berlangsung, penderita akan menjadi biru karena pernafasan terhenti dan pembuluh darah balik terbendung. Fase tonik umumnya berlangsung tidak lebih dari 60 detik, kemudian dilanjutkan dengan kejang klonik pada semua anggota gerak tubuh. Napas menjadi tidak teratur, tersendat-sendat, dan dari mulut keluar busa. Fase klonik ini umumnya terjadi kira-kira satu menit. Usai itu, penderita biasanya akan tertidur selama kurang lebih 3 jam.

Berbeda dengan grand mal, pada serangan petit mal kesadaran menghilang mendadak dan singkat. Ia bisa berhenti mendadak dari kegiatan yang sedang dilakukannya (misalnya makan, minum, membaca) lalu terlihat bengong dengan pandangan kosong untuk beberapa saat. Tapi kemudian ia kembali pada kegiatan semula dan melanjutkan kembali kegiatan yang terhenti tadi. Biasanya penderita tidak akan menyadari serangan epilepsi yang terjadi padanya.

FAKTOR KETURUNAN

Sebagian besar penderita epilepsi terjadi karena faktor keturunan. Anak yang lahir dari keluarga penderita epilepsi, cenderung menderita epilepsi juga. Jadi, tak heran kalau ada ibu atau ayah, bahkan paman yang menurunkan epilepsi pada generasi berikutnya.