Si Kecil Suka Bohong?

By nova.id, Sabtu, 10 April 2010 | 17:58 WIB
Si Kecil Suka Bohong (nova.id)

Pertanyaan:

Belakangan ini saya sedang merasa khawatir terhadap putra saya yang berusia 3 tahun. Anak saya ini sangat aktif dan punya banyak teman di kompleks perumahan kami. Memang, saya sengaja membiarkan ia bermain bebas dengan siapa saja supaya sosialisasinya baik. Yang penting ia tidak bermain jauh-jauh dan bisa tetap saya pantau.

Tapi, akhir-akhir ini saya lihat jagoan saya ini suka "berbohong." Misalnya, pernah saya dengar ia bilang ke temannya bahwa ia punya mainan X, padahal ia tidak punya. Suatu ketika, ia juga pernah bilang ke saya ia sudah makan, padahal belum, dan lain-lain. Apakah memang di usia anak saya itu, seorang anak sedang dalam fase suka "berbohong"?

Sebetulnya, apa yang sedang ia lakukan? Tepatkah sebutan "berbohong"? Soalnya, saya sempat menasihatinya dengan mengatakan, "Adik tidak boleh berbohong, ya?" Saya takut salah. Mohon penjelasannya. Terima kasih.

Annisa - Jakarta

Jawaban:

Ibu Annisa yang sedang khawatir, terima kasih sebelumnya atas pertanyaan yang telah diajukan.

Syukurlah Ananda tidak mengalami hambatan dalam sosialisasi. Artinya ia tidak memiliki hambatan untuk berinteraksi dengan beragam individu yang ditemui di sekitar lingkungan rumah.

Mengenai perilaku anak ibu yang suka "berbohong" boleh dikatakan masih dalam taraf wajar untuk anak seusianya. Pada usia ini memang anak masih agak sulit membedakan antara realita dengan fantasi (khayalan) atau bahkan ada yang belum paham juga tentang konsep berbohong.

Memang ada beberapa alasan yang menyebabkan anak "berbohong", tujuannya agar orang lain terkesan dengan ceritanya, menyenangkan orang lain, melindungi diri atau menghindar dari hukuman. Bisa saja teman-temannya sedang hangat membicarakan suatu permainan. Agar ia bisa tetap "nyambung" dan "dianggap" oleh temannya ia mengaku memiliki permainan tersebut.

Atau hal lain, ketika ia belum makan dan kemudian ia "berbohong" bisa jadi karena ia tengah asyik melakukan sesuatu sehingga menghindar dari konsekuensi yang akan dihadapi. Konsekuensi ini tidak harus dalam arti hukuman, tetapi mungkin ia harus menunda melakukan hal yang digemarinya kerana harus makan terlebih dahulu.

Untuk mengatasi hal ini, memang sebaiknya anak dikenali mana realita dan mana fantasi. Beberapa cara mungkin bisa dilakukan untuk membantu anak memahami konsep berbohong antara lain :

lJelaskan arti berbohong. Diskusikan juga akibat dari berbohong akan membuat orang lain sedih atau membuat orang lain kecewa. Contoh-contoh dari buku cerita atau film bisa membantu anak memahami hal ini.

lImajinasi atau fantasi bukanlah kebohongan. Bicarakan tentang hal ini dan bandingkan dengan realilta. Misalnya ketika ia membicarakan mainan "X", Anda menjelaskan apakah ia mempunyai mainan "X"? Mungkin saja ia berkhayal memiliki mainan "X" suatu hari.

lCiptakan suasana komunikasi yang terbuka sehingga anak pun nyaman bercerita dan tidak merasa "dihakimi".

lUntuk anak seusianya berbohong bukan sesuatu yang patut dihukum. Katakan bahwa Anda tidak akan marah kalau ia belum makan atau mengatakan hal yang sebenarnya.

Bisa saja anak mendapatkan contoh perilaku berbohong dari orang di sekitarnya. Jika itu memang dari orang tuanya, jelaskan kembali kejadian waktu itu berikut alasannya. Kemudian untuk lain kali agar lebih berhati-hati untuk berkata yang tidak jujur saat anak berada di dekat Anda.

l Jika ia berbohong dan Anda mengetahuinya, informasikan hal tersebut dengan cara yang halus. Misalnya ketika belum makan dan tidak mengaku padahal Anda tahu hal itu. "Masa sudah makan? Yang benar? Kapan? Soalnya Bunda lihat lauknya masih utuh, lho. Sekarang sudah malam, dan kamu belum makan malam nanti kamu sakit. Gimana supaya kamu enggak sakit, ayo kita makan bersama."

Demikian jawaban dari kami, semoga bisa membantu mengurangi kekhawatiran Ibu Annisa.

Diah Primi M.Psi