Dokter yang baik, menurutnya, akan menyapa anak saat pertama kali ia masuk ke ruang praktek, lalu mengajaknya ngobrol , menanyakan nama si anak atau, "Sudah makan belum. Bagian tubuh mana yang sakit?" Anak akan merasa diperhatikan dan familiar dengan dokternya. "Salah satu cara yang digunakan dokter untuk menciptakan rasa familiar, si dokter pakai baju biasa, bukan baju putih," kata Najib.
Sebaiknya, lanjut Najib, si anak juga diajarkan menyapa dokternya bila masuk ruang periksa sehingga si kecil merasa familiar. "Beri dorongan agar anak dapat mengutarakan sendiri keluhan penyakitnya. Anak juga perlu diajarkan berani bertanya tentang semua hal yang ingin diketahuinya perihal penyakitnya," tutur Najib.
Selain komunikatif dengan si anak, tutur Najib, dokter yang baik juga komunikatif dengan orang tua. Mau mendengar keluhan-keluhan pasien dan mengatasi aneka problem yang timbul. Pengobatannya juga baik.
Ahli jantung anak ini juga menambahkan, dokter ideal di mata pasien harus memenuhi 3 A, yaitu Attitude(sikap), Ability(kemampuan), dan Appearence (penampilan).
RAWAT INAP
Nah, ini juga bikin anak takut. Apalagi para batita yang sangat sensitif akan perasaan dipisahkan dari orang tuanya, "Ia takut, jangan-jangan selamanya akan dipisahkan dari orang-orang terdekatnya." Belum lagi, rumah sakit merupakan lingkungan baru baginya. Rasa takutnya pun jadi dobel.
Kalau anak memang harus menjalani rawat inap, "Katakan terus terang padanya. Ceritakan hal-hal yang menyenangkan yang akan dialaminya di situ. Misalnya, pagi-pagi dibangunkan suster, diukur suhunya, dimandikan, diberi makanan, dan lainnya." Jangan hanya menekankan "karena kamu sakit harus dirawat di RS." Sedapat mungkin, terutama untuk anak balita, temani anak selama ia dirawat. Kalau tak memungkinkan (tak diizinkan rumah sakit), sedapat mungkin berada tak jauh-jauh dari anak. "Minimal, sesiangan anak ditemani."
Jika memungkinkan, sesampainya di rumah sakit, ajak si kecil berkeliling melihat-lihat ruang-ruang di rumah sakit. Tunjukkan letak ruang operasi, ruang dokter, tempat bermain, dan sebagainya. "Jadi anak bisa berpikir, 'Enak juga, ya, di sini,'" kata Najib.
Jangan lupa bawakan ia mainan, bantal kesayangan, atau makanan dan minuman kesukaan si kecil (bila ia tak diharuskan diet). Dengan begitu, ia akan merasa seperti di rumah. "Jika rumah sakit sudah menyediakan segalanya, seperti diapers, pakaian ganti selama di rumah sakit, ya, orang tua tak perlu membawanya juga," tambah pengasuh rubrik Tanya Jawab Kesehatan Anak nakita ini.
Najib mengingatkan, anak usia batita kadang sukar untuk bed rest (istirahat total di tempat tidur) dan minta digendong terus, "Bujuklah ia agar bermain di tempat tidurnya. Beri ia mainan yang dapat dilakukan sambil berbaring. Misalnya bawakan ia video game, play stasion, atau bacakan buku-buku cerita."
Untuk mengatasi rasa bosannya selama dirawat dalam waktu lama, ajak ia bermain-main di sekeliling rumah sakit. "Di sini sudah ada beberapa rumah sakit yang menyediakan ruang khusus untuk tempat anak-anak main lengkap dengan permainannya. Nah, dia bisa diajak ke situ," ujar Najib.
Ke Dokter Umum Atau Dokter Anak