Alasan Ayah Tak Dekat Pada Anak (2)

By nova.id, Senin, 1 Maret 2010 | 00:23 WIB
Alasan Ayah Tak Dekat Pada Anak 2 (nova.id)

7. PRIBADI TAK KLOP

"Benarkah dia anakku? Kok, sifatnya beda banget sama aku?" begitu yang ditanyakan ayah pada dirinya sendiri ketika melihat anaknya pemalu dan mudah menangis. Padahal, ayah menganggap dirinya begitu terbuka, periang, dan "jantan". Ayah sering merasa sulit bergaul dengan anak bila dirasa pribadinya bertolak belakang atau minatnya berlainan.

Percayalah, Anda tetap dapat menemukan hal-hal yang bisa mempertautkan Anda dengan anak. Bahkan jika Anda tak menemukan satu hal pun yang bisa nyambung, jangan putus asa. Berpikirlah positif bahwa hal ini malah akan memperluas pengetahuan Anda. Misalnya, dengan mencari tahu dan belajar tentang minatnya untuk kemudian melakukan aktivitas bersama.

Kalau pribadi anak sama sekali bertolak belakang, jadikan hal ini sebagai tantangan untuk belajar "tarik-ulur", berusaha akomodatif, dan melihat kembali, mungkin saja prinsip dan nilai yang Anda yakini selama ini terlalu ideal atau malahan kaku.

8. SULIT DIATUR

Anda malas berdekatan dengan anak yang selalu bikin ulah dan sulit diatur. Alih-alih memberi keceriaan, anak model begini malah bikin orang tua stres dan frustrasi. Anda merasa selalu direpotkan olehnya. Kesabaran Anda juga sering diuji oleh tingkahnya itu. Dan semakin Anda terlihat jengkel, semakin memarahinya, semakin sering dia menunjukkan sikap "buruk"nya. Ironisnya, anak dengan temperamen sulit justru lebih membutuhkan perhatian Anda, karena sebenarnya dia tak ingin kehilangan kasih sayang Anda. Caranya, ya, dengan mencari perhatian Anda melalui tingkah lakunya.

Anak yang sulit sebenarnya adalah anak yang merasa tidak aman, tak merasa dicintai, dan tidak berdaya. Supaya Anda tak hilang sabar, belajarlah mengetahui apa yang sebenarnya diinginkannya. Jangan berhenti mencintai dan menjalin interaksi dengannya. Meski tampaknya dia tetap tumbuh menjadi pribadi yang "sulit", jangan khawatir. Setiap anak tumbuh dengan karakternya masing-masing. Tapi dengan perhatian dan kasih sayang Anda yang terus-menerus, sifatnya yang sulit itu kelak tak akan merugikan dirinya dan orang lain.

9. TEKANAN EKONOMI

Setelah anak lahir, Anda merasa tanggung jawab dan beban keuangan semakin berat. Sudah terbayang di depan mata, anak perlu makan, pakaian, uang sekolah, dan sebagainya. Semua itu membuat stres dan pusing. Belum lagi kalau istri kemudian meminta izin untuk berhenti bekerja demi mengurus anak. Anda semakin panik membayangkan, kini semua urusan keuangan melulu bergantung pada Anda. Semakin banyak anak yang lahir, semakin ayah merasa harus "mengejar setoran" demi memenuhi kebutuhan anak.

Mencari kerja tambahan atau lembur, membawa konsekuensi berkurangnya waktu ayah dengan anak-anak. Padahal, anak-anak tetap membutuhkan kehadiran ayahnya, kasih sayang, sentuhan, dorongan semangat, dan sebagainya. Seimbangkan antara bekerja dengan menghabiskan waktu bersama. Berpikirlah lebih realistis, mempertemukan antara kepentingan anak dan kemampuan finansial. Jangan berharap terlalu berlebihan.

10. URUSAN ISTRI

Ayah masih dibayangi mitos, secara alamiah, anak akan selalu lebih dekat dengan ibunya daripada ayah, karena ibu yang melahirkannya. Ibu punya rasa keibuan dan bertugas membesarkan anak. "Itu juga dilakukan ibu saya." Selain itu, ibu selalu tahu apa yang harus dilakukan terhadap anak. Ibu tahu cara menangani anak.

Semua "keyakinan" itu membuat Anda menjaga jarak dengan anak karena Anda yakin, membesarkan anak menjadi tanggung jawab ibu. Anda juga yakin anak-anak merasa lebih nyaman dengan ibunya. Ada juga rasa takut, kalau Anda terlalu dekat dengan anak, anak-anak akan kurang hormat, kurang segan pada Anda. Anda juga merasa maskulinitas Anda hilang kalau terlalu banyak melakukan urusan perempuan (ibu).

Ubah pola pikir Anda. Jadilah ayah di era modern yang menunjukkan kepedulian pada anak. Berkumpul bersama teman-teman pria dan kemudian bercerita tentang anak-anak, sama menariknya dengan 4 topik yang disukai pria: olahraga, uang, kerja, dan seks.

11. LEBIH SUKA DENGAN IBUNYA

Anda merasa ditolak bila suatu saat si kecil berkata, "Aku mau duduk dekat Ibu, aja, deh." Atau "Aku mau pergi sama Ibu." Anak-anak lebih suka dengan ibunya, begitu pikir Anda. Jangan buru-buru ngambek. Pelajari sebabnya. Mungkin saja karena istri Anda terlihat lebih antusias, lebih apresiatif, dan lebih penuh perhatian ketika berinteraksi dengan anak.

12. KONFLIK DENGAN PASANGAN

Suami-istri sering kali berbeda pendapat tentang bagaimana membesarkan anak. Anda menganggap, istri terlalu lemah pada anak, kurang memberi disiplin. Sebaliknya, istri menganggap Anda terlalu keras, menerapkan harapan terlalu banyak pada anak-anak. Untuk menghindari konflik lebih lanjut, Anda memilih menghindar. Membiarkan istri menerapkan apa pun maunya pada anak.

Namun konsekuensinya, karena anak berkembang tidak seperti yang Anda harapkan, Anda semakin menjauh dari anak-anak. Anak-anak menjadi korban konflik Anda dengan pasangan.

Pelajari bersama istri tentang komunikasi yang baik di dalam rumah tangga. Terutama untuk mencari pemecahan masalah, belajarlah saling mengembangkan empati di antara pasangan. Hubungan suami-istri yang sehat dan baik, akan berpengaruh pula pada hubungan ayah dan ibu kepada anak-anaknya.

Santi Hartono