Kekerasan tidak selalu berarti Anda mendapati pukulan atau tendangan pada bagian tubuh Anda yang berakibat lebam atau luka parah. Nyatanya, kekerasan secara spesifik juga bisa dialami seseorang tanpa sadar dari segi psikologis.
Pernahkah Anda merasa berada di titik gamang dalam sebuah hubungan percintaan? Terlebih jika hati, tubuh dan pikiran sebenarnya sudah tidak lagi berkata seirama, namun terpaksa untuk menerimanya.
Baca: Dampak Kekerasan di Tempat Kerja Lebih Berat daripada Pelecehan Seksual
Gejala kekerasan psikologis dalam sebuah hubungan bisa terdeteksi ketika seseorang pasangan mencoba untuk mengambil alih pengawasan informasi yang tersedia untuk pasangan lainnya, lalu secara intens memanipulasi orang tersebut bahwa itu merupakan realitas dari sudut pandang dirinya tentang apa yang harus diterima atau tidak dapat diterima.
Kekerasan psikologis dalam sebuah hubungan seringkali dimaksudkan sebagai tindakan yang secara kuat memanipulasi konten emosional yang kemudian dirancang sedemikian rupa untuk menyerang korban sesuai harapan si pelaku.
Semua bentuk kekerasan psikologis akan menyerang rasa percaya diri dengan mulai menanamkan rasa tidak yakin pada diri sendiri, merasa sendiri tidak ada yang membantu dan putus asa. Tak hanya itu, kebanyakan mental pelaku kekerasan psikologis akan menyerang korbannya dari kesalahan yang diperbuatnya.
Baca: Lindungi Diri dari Kekerasan Saat Berpacaran
Berikut 10 tanda kekerasan psikologis dalam hubungan yang perlu Anda kenali:
1. Menghina dan mempermalukan Anda baik di depan umum maupun secara personal yang akhirnya membuat Anda terpuruk serta rendah diri dalam artian negatif.
2. Terlalu berlebihan mengkritik Anda tanpa alasan yang jelas lewat cara negatif. Selain itu, pelaku kekerasan psikologis juga akan menolak ketika diajak berdiskusi ataupun berkomunikasi secara terbuka.
3. Hampir selalu mengabaikan sekaligus menolak keberadaan Anda, termasuk di dalamnya ialah mencoba mengacuhkan ucapan, prinsip dan pandangan hidup Anda sebagai seorang manusia.
4. Hubungan di luar pernikahan yang berlanjut kepada perilaku provokatif dengan lawan jenis, seperti sahabat, tetangga, rekan kerja dan sebagainya.