Belakangan ini, banyak produsen makanan dan minuman (bahan pangan) yang mengiklankan produknya bebas pengawet, atau tanpa zat pengawet. Ada juga yang menyebut produk pangannya tanpa pewarna dan pemanis buatan, serta tanpa zat-zat kimia lainnya.
Sebenarnya, apakah semua makanan atau minuman yang mengandung pengawet atau zat kimia itu berbahaya bagi kesehatan? Menurut Prof. Dr. Ir. Deddy Muchtadi dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, bahan pengawet atau proses pengawetan kadangkala diperlukan untuk menjaga bahan pangan tidak rusak dalam jangka waktu tertentu.
Perlu diketahui, bahan pangan tertentu sangat mudah rusak atau busuk. Contohnya daging, ayam, ikan, susu, telur, sayuran, buah-buahan, dan lain-lain. Ada juga bahan pangan yang agak mudah rusak, seperti kacang-kacangan. Deddy menyebutkan, kerusakan bahan pangan diantaranya bisa disebabkan oleh jenis mikroba seperti kapang dan bakteri.
Selain dapat minimbulkan kerugian secara ekonomis akibat busuknya bahan pangan, mikroba juga dapat menyebabkan sakit, infeksi atau keracunan. "Itulah gunanya pengawetan. Tujuannya untuk mencegah, menghambat, atau memperlambat terjadinya kerusakan atau kebusukan bahan pangan," jelas Deddy.
BERAGAM TEKNIK Pengawetan, menurut Deddy, selain dapat memperpanjang daya tahan simpan, juga dapat mempertahankan mutu bahan pangan. "Selain itu juga bisa mempertahankan nilai gizi, memperluas pemasaran, meningkatkan ketersediaan produk pangan, dan meningkatkan keamanan pangan."
Metode pengawetan bisa bermacam-macam. Ada yang menggunakan suhu tinggi seperti pasteurisasi dan sterilisasi, atau suhu rendah seperti penyimpanan dingin, pembekuan, dan penyimpanan beku. Bisa juga melalui pengeringan seperti penjemuran dan oven drying.