Gencarnya iklan air minum beroksigen dan air heksagonal membuat masyarakat mulai berpikir untuk mengonsumsinya. Kampanye gaya hidup yang lebih sehat dengan meminum air berkualitas prima pun didengungkan.
Beberapa yang sudah mencoba mengaku stamina tubuhnya meningkat. Bahkan, ada yang mengklaim air tersebut mampu menyembuhkan penyakit dan mengeluarkan racun dari dalam tubuh.
Rimbawan terkesan berhati-hati menyikapi fenomena ini. Kemasan air minum beroksigen dan air heksagonal sekilas mirip dengan air biasa. Hal ini tak jarang membuat masyarakat mengonsumsinya tanpa batas. "Padahal, ada teori yang menyatakan, radikal bebas akan terbentuk ketika oksigen yang masuk ke dalam tubuh terlalu tinggi. Jika terlalu banyak, kemungkinan oksigennya akan menjadi reaktif. Ini dapat memicu radikal bebas," terang Rimbawan.
Padahal, lanjutnya, radikal bebas tersebut dapat memicu beberapa penyakit, di antaranya kanker. Jadi, kata Rimbawan, "Sebaiknya lebih hati-hati mengonsum air minum yang mengandung oksigen."
JERNIH & TANPA RASA Sekitar 70 persen berat tubuh manusia dewasa berupa air. Normalnya, seseorang memerlukan 1,5 liter air setiap hari. Kualitas air yang diminum seseorang harus sesuai dengan standar kesehatan. "Masyarakat sebaiknya memerhatikan kualitas air yang mereka konsumsi. Air yang sehat tentu air yang bebas dari pencemaran," kata Rimbawan. Indikasinya, "Jernih, tidak berbau dan tidak berasa."
OKSIGEN BERKURANG JIKA... Dosen IPB ini menyarankan masyarakat agar memerhatikan kemasan dan cara konsumsi yang benar dari air minum beroksigen. Kestabilan kadar oksigen dalam air sangat rentan dan faktor temperatur memegang peran penting. "Semakin tinggi temperatur, makin besar kemungkinan kandungan oksigen dalam air berkurang," jelas Rimbawan.
Temperatur tinggi juga membuat kadar oksigen mudah terlepas. Jadi, air minum beroksigen dan air heksagonal tak boleh terkena sinar matahari secara langsung dan dalam waktu yang cukup lama. "Kemasan dan penyimpanannya harus benar-benar diperhatikan. Terutama setelah segel atau tutupnya dibuka."
Sebuah penelitian terhadap salah satu merek air minum beroksigen memperlihatkan, setelah dibuka selama 3 hari, kandungan oksigen yang semula 120 ppm turun menjadi 80 ppm. Bila itu terjadi, "Air beroksigen atau air heksagonal pun akhirnya berubah menjadi air minum biasa."
Bagaimana dengan air beroksigen yang kini diberi aneka rasa, misalnya rasa stroberi atau jeruk? "Sebetulnya sama saja. Bedanya cuma diberi perasa," ujar Rimbawan.
Dok.NOVA