Bidan Inspiratif Versi Srikandi Award 2011

By nova.id, Senin, 26 Desember 2011 | 17:27 WIB
Bidan Inspiratif Versi Srikandi Award 2011 (nova.id)

Bidan Inspiratif Versi Srikandi Award 2011 (nova.id)

""

    Dalam penganugerahan Srikandi Award 2011 lalu, terdapat sembilan finalis para bidan terpilih yang berasal dari  wilayah Banten, Bandung, Magetan, Jambi, Musi Rawas, Deli Serdang, Bali, Majene (Sul-Bar), dan NTT. Masing-masing dari mereka membuat program kerja untuk menjawab tantangan budaya, promosi kesehatan serta pemberdayaan ekonomi. Berikut profil dari bidan terinspiratif tersebut:

    Kategori Tantangan Budaya

Bidan Meiriyastuti - Merubah Adat di Tepian Batanghari (Program terbaik 1)

Bidan Meiriyastuti - Merubah Adat di Tepian Batanghari (Program terbaik 1)

Meiriyastuti (32) adalah seorang bidan muda di Desa Teriti, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Propinsi Jambi. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di tepian sungai Batanghari ini mempercayakan penanganan persalinan kepada nyai dukun dengan penanganan partus yang salah dan ritual pasca kelahiran yang merugikan kesehatan ibu dan bayi.

Salah satunya adalah ritual "Nyebur ke Ayek" di mana tujuh hari setelah dilahirkan, bayi dimandikan dengan air kembang di sungai Batanghari yang dingin. Sedangkan untuk ibu, selama 40 hari pasca melahirkan hanya boleh mengonsumsi nasi putih dan kecap asin dengan alasan apabila mereka memakan sayuran dan ikan akan mendatangkan penyakit pada bayi. Setelah melakukan pendekatan selama 11 tahun, kini masyarakat merubah tradisi nyebur ke ayek dengan memandikan bayi dalam baskom berisi bunga dan air hangat. Sedangkan kebiasaan memakan nasi kecap sudah tidak dilakukan lagi.

Bidan Sri Ariati - Melebur Adat di Bumi Mandar (Program terbaik 2)

Bidan Sri Ariati - Melebur Adat di Bumi Mandar (Program terbaik 2)

Bidan Sri Ariati mengabdi di Kelurahan Banggae, Majene, Sulawesi Barat sejak 1980. Selama pengabdiannya, ia telah banyak merubah kebiasaan masyarakat lokal yang merugikan kesehatan ibu dan bayi. Menurut adat setempat, agar fisiknya kembali kuat, ibu yang baru saja melahirkan diharuskan mengangkat air dari sumur ke rumah.

Bidan melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan mempelajari bahasa Mandar, bahasa sehari-hari masyarakat Banggae. Selain itu Bidan Sri Ariati berhasil mendekati dukun beranak atau "Sando" yang jumlahnya dua kali lipat dari jumlah bidan di daerah tersebut. Berkat perjuangannya, Bidan Sri menjadi sosok yang tidak lepas dari kehidupan masyarakat Majene.

Bidan Rosalinda Delin - Memadam Api di Batas Negeri (Program terbaik 3)