Di kawasan Lumbang, kata Djanto, tergolong strategis, dengan posisi yang berada di lereng Gunung Bromo. Sehingga banyak tanaman yang tumbuh subur di sana, dari pohon mangga, randu, kaliandra, bahkan ketela pohon. Yang unik, lanjut Djanto, adalah ketela pohon.
Ketela pohon pada umumnya tak berbunga dan berbuah, tapi bila tumbuh di atas ketinggian 400 meter di atas permukaan laut, maka akan memunculkan buah dan bunga. "Madu yang berasal dari bunga ketela pohon ini bukannya manis, tapi justru pahit. Makanya madu jenis ini cocok untuk pengobatan penderita diabetes," terang Djanto.
Khasiat madu tentu tak usah diragukan. Bahkan hampir semua kitab suci di berbagai agama rata-rata menyebutkan sebuah ayat yang membahas keunggulan madu. Dari literatur yang ia baca, setiap madu yang bersumber dari macam-macam bunga tanaman itu memiliki khasiat berbeda-beda. Misalnya, madu dari buah bunga apel yang berkhasiat untuk mengatasi insomnia, meningkatkan daya tahan tubuh, obat rasa mual, memperkuat kandungan ibu hamil, memperlancar fungsi otak, menurunkan tekanan darah, sampai mengobati luka bakar.
Sementara madu yang berasal dari bunga akasia berkhasiat meningkatkan nafsu makan dan membuat enak tidur. Madu dari bunga belimbing menurunkan tekanan darah, kolesterol, dan batuk. Madu dari tanaman damar, bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh, sariawan, sampai kanker. Madu jambu mete cocok untuk obat rematik, luka bakar, sariawan, menurunkan demam, juga meningkatkan nafsu makan. Sedangkan madu dari tanaman lengkeng untuk sakit pinggang, maag, batuk pilek, dan mempercepat proses penyembuhan pasca operasi, dan masih banyak lagi.
Djanto yang terkadang sampai ke Banyuwangi untuk mencari kawasan yang tanamannya berbunga ini juga menjelaskan, pada sebagian besar tanaman yang berbunga dan berbuah itu bisa dihinggapi lebah dan pada akhrinya menghasilkan madu. Bahkan, ia pernah melihat di Sidoarjo ada petani lebah yang mengembangkan madu berasal dari bunga kankung dan melon.
"Siapa sangka, ternyata kangkung yang selama ini dianggap kurang memiliki nilai ekonomis ternyata bunganya mengandung madu," papar Djanto yang sangat menguasai unsur-unsur kimia yang terkandung di dalam madu itu.
Saat ini, kata Djanto lagi, madu-madu hasil ternaknya selain di jual di outlet depan rumahnya, juga dikirim ke berbagai daerah di Indonesia. Madu asli itu dimasukkan ke dalam botol berukuran 600 gram, dan dijual Rp75 ribu. "Kalau belinya di luar daerah sini, tentu harganya akan lebih mahal," paparnya.
Cuaca Jadi Kendala
Sementara Sugiono (39), warga Desa Branggah, Kec. Lumbang, Probolinggo yang semula sebagai pekerja serabutan di desanya, sekitar setahun belakangan ini sudah mulai putar haluan dengan mencari nafkah sebagai petani lebah. "Hasilnya memang lebih menjanjikan. Selain keterampilan, modal awalnya harus membuat kotak tempat sarang lebah," katanya ketika ditemui di tengah peternakan lebah yang ada di kawasan hutan desa.
Namun lantaran baru merintis usaha madu, maka hasil panen madunya tak dijual sendiri melainkan disetorkan ke pengepul yang lebih besar, yang bisa mendistribusikan nya ke berbagai daerah.
"Jadi peternak lebah lumayan hasilnya, sebab tak terlalu berat kerjanya. Sehingga bisa diselinggi dengan pekerjaan lain, misalnya beternak sapi atau kambing," papar ayah dua anak itu, sambil menjelaskan jika saat ini di kecamatannya ada sekitar 50 orang lebih petani lebah.
Sampai saat ini, lanjut Sugiono, beternak lebah tak memiliki risiko terlalu tinggi. Yang jadi kendala saat ini hanya satu, yaitu tentang kondisi cuaca antara kemarau dan musim penghujan yang tak menentu. Kalau tanaman sudah berbunga dengan baik dan dihinggapi lebah, tapi begitu terkena hujan, maka akan berhenti sampai disitu. "Itu saja persoalannya," tukas Sugiono.
Ia mengurai, dalam satu kotak sarang lebah, dalam satu kali musim bunga bisa menghasilkan 3 sampai 5 kali panen madu. Sedangkan satu kotak dalam satu kali panen bisa menghasilkan 1 kilogram madu bahkan lebih.
Gandhi Wasono M.