Dari pengamatan tabloidnova.com, keamanan di sekitar Kraton terutama di akses jalan menuju Bangsal Kencana tampak diperketat oleh Paspampres, anggota TNI dan Kepolisian. Maklum, selain kehadiran tamu undangan VVIP seperti para pejabat dan duta besar negara tetangga, acara Panggih ini juga dihadiri oleh Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono dan wakil Presiden Republik Indonesia, Boediono. Selain itu awak media yang meliput juga diberi akses terbatas di dalam mengingat banyaknya tamu agung dan tamu negara yang hadir dalam acara tersebut.
Upacara Panggih ini sendiri berarti bertemu. Dalam upacara ini kedua mempelai untuk pertama kalinya bertemu setelah resmi menjadi sepasang suami istri. Upacara adat akan diawali dengan menghaturkan pisang sanggan yang menjadi tanda bahwa mempelai pria sudah siap dipertemukan dengan mempelai wanita. Setelah pisang sanggan diterima oleh keluarga mempelai wanita, selanjutnya mempelai wanita akan keluar bersama dengan kembar mayang. Upacara kemudian dilanjutkan dengan kedua mempelai yang akan melakukan Balangan Gantal. Maksudnya, kedua mempelai akan saling melempar gantal atau sirih yang digulung benang putih secara bergantian. Makna dari riyual ini adalah mengingatkan kedua mempelai kalau dalam kehidupan pernikahan akan ada kesalahpahaman yang harus diakhir dengan perdamaian.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan mecah Tigan (Pecah telur) oleh KPH Notonegoro. Ia akan menginjak sebuah telur dengan makna bahwa mempelai akan menginjak kehidupan baru berumah tangga. Selanjutnya, upacara Wijikan yaitu dilakukan dengan membasuh kaki KPH Notonegoro oelh GKR Hayu. Ini merupakan simbol wujud bakti istri kepada suami. Yang terakhir akan dilanjutkan dengan upacara Pondhongan. Acara ini sendiri hanya ada dalam rangkaian pernikahan Kraton dan tidak pada masyarakat jawa pada umumnya.
Pondhongan dilakukan karena GKR Hayu adalah anak Raja. Di sini, Hayu akan dibopong oleh dua orang laki-laki yang merupakan paman dan suaminya. Hal ini mempunyai makna sebagai simbol mempelai wanita sebagai anak raja haruslah berada di posisi yang terhormat. GKR Hayu dibopong dari Tratag Bangsal Kencana menuju Emper Kagungan Dalem Bangsal Kencana sebelah utara. Setelah itu, GKR Hayu dan KPH Notonegoro berjalan bergandengan tangan menuju pelaminan. Setelah itu para tamu undangan dapat memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai.
Usai acara, kedua mempelai akan kembali ke Bangsal kasatriyan dengan diiringi tarian edan-edanan. Ini merupakan ritual tolak bala yang dilakukan oleh para abdi dalem yang akan merias diri mereka dengan compang camping dan menari. Hal ini memiliki makna bahwa kedua mempelai dengan ketampanan dan kecantikannya tetap harus memiliki keseimbangan dalam hidup. Tarian ini juga dimaksudkan sebagai penolak roh-roh jahat yang akan mengganggu jalannya upacara Panggih.
Antie