Penggagas "Empat Pilar Kebangsaan" Wafat di Singapura

By nova.id, Sabtu, 8 Juni 2013 | 14:34 WIB
Penggagas Empat Pilar Kebangsaan Wafat di Singapura (nova.id)

Penggagas Empat Pilar Kebangsaan Wafat di Singapura (nova.id)

"Foto: Dok. Tribunnews "

Hari ini, Sabtu 8 Juni 2013, Bangsa Indonesia berduka. Seorang tokoh nasional, yakni Ketua MPR Taufiq Kiemas, dipanggil Yang Maha Kuasa ketika sedang menjalani perawatan di sebuah rumah sakit di Singapura.

Taufiq Kiemas  yang lahir di Jakarta, 31 Desember 1942, mengembuskan napas terkahir di usia 70 tahun. Ia adalah seorang politisi senior sekaligus suami Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri.

Tanggal dan bulan meninggalnya Taufiq Kiemas, sama persis dengan tanggal dan bulan kelahiran Presiden kedua RI Soeharto, yang lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta, pada 8 Juni 1921, dan meninggal di Jakarta, 27 Januari 2008 pada umur 86 tahun.

Dari catatan Tribunnews.com, sebagai Ketua MPR,Taufiq Kiemasberhasil menyosialisasikan konsep 'Empat Pilar Kebangsaan'.

Di tangannya lah, sosialisasi empat pilar yang terdiri atas Pancasila, UUD 45, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, digaungkan kembali.

Wakil Ketua MPR Hajrianto Tohari mengatakan, bangsa Indonesia sangat kehilangan  putra terbaiknya.

"PakTaufiq Kiemasbukan hanya milik PDIP, melainkan milik bangsa dan negara Indonesia. Kepeduliannya kepada Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, sangat luar biasa mengesankan. Untuk keempat pilar negara itu, Pak Taufik Kiemas siap melakukan apa saja, berkorban apa saja," tutur Hajriyanto.

Meskipun kemampuan fisiknya semakin menurun dan kesehatannya tak lagi prima, menurut Hajriyanto, semangatTaufiq Kiemasselalu menyala-nyala dan menggelegak, ketika sudah berbicara tentang Pancasila.

"Bagi beliau, Pancasila dan NKRI adalah segala-galanya. Untuk dasar negara dan falsafah bangsa ini, Pak Taufik Kiemas tidak menoleransi pandangan-pandangan yang mengukurnya secara finansial. Pak Taufiq Kiemas, selamat jalan, kami akan meneruskan komitmen dan perjuangan beliau, sampai kapanpun juga," paparnya.

Sementara, menurut Wikipedia,Taufiq Kiemaslahir dari pasangan Tjik Agus Kiemas dan Hamzathoen Roesyda.

Ayahnya berasal dari Sumatera Selatan, sedangkan ibunya seorang Minangkabau. Ia merupakan penghulu kaum keluarga ibunya di Kanagarian Sabu, Batipuh Ateh, Tanah Datar, Sumatera Barat, dengan gelar Datuk Basa Batuah.

Taufiq Kiemas memulai karier politiknya ketika di bangku mahasiswa, dengan bergabung sebagai anggota GMNI.

Kemudian, ia bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia dan terpilih sebagai anggota DPR/MPR pada 1992. Selama masa Orde Baru, karier politiknya banyak dikebiri oleh penguasa.

Kariernya mulai cemerlang, ketika rezimSoehartotumbang. Pada Pemilu 1999, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) keluar sebagai pemenang. Kemenangan ini mengantarkan istrinya menjadi wakil presiden dan kemudian Presiden Indonesia kelima.

Sebagai salah satu tokoh penting di partai, ia menjabat sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP. Taufiq kembali terpilih menjadi anggota DPR periode 2009-2014 dari PDIP, untuk Daerah Pemilihan Jawa Barat II.

Sebagai politikus terkemuka, banyak penulis yang mengulas karier politik Taufiq Kiemas, di antaranya ialah karya Derek Manangka berjudul 'Jurus dan Manuver Politik Taufiq Kiemas: Memang Lidah Tak Bertulang', yang terbit pada 2009.

Pada 17 Desember 2011, Taufiq pernah menjalani operasi pergantian baterai alat pemacu jantung di Rumah sakit Harapan Kita, Jakarta.

Sumber: Tribunnews