Ditemui di Polsek Ciawi, Kamis (23/5), tersangka pelaku percobaan perkosaan, AH (16), lebih banyak menunduk, "Saya khilaf, terbawa hawa nafsu," sesalnya. Terbata-bata, siswa kelas 3 SMP yang menyambi sebagai tukang ojek ini mengaku, tak berniat menggauli PA. "Saya dimintai tolong teman untuk menjemput PA, pacarnya di sekolah. Saya kenal PA karena dia adik kelas."
Diam-diam, AH menaruh hati kepada PA. Ketika menyusuri perkebunan yang sepi, "Saya jadi tergoda," kata AH yang kepada penyidik mengaku terpengaruh video porno yang ditontonnya semalam sebelum kejadian.
Nah, ketika berusaha menggagahi PA, tiga serangkai pemberani itu muncul. "Mereka tidak memukuli saya, malah mengingatkan perbuatan saya salah. Makanya saya minta maaf dan diam," tutur AH yang kini terancam hukuman 15 tahun penjara.
Ia juga mengaku tak melawan saat warga menghakiminya. "Saya ditampar sampai benjut dan berdarah. Saya ikhlas digituin, kok. Saya salah, menyesal, dan kapok," kata AH yang mengaku baru kali ini melakukan tindakan kriminal.
Akan halnya PA, belum menjalani pemeriksaan di Polsek Ciawi lantaran masih trauma. Ia diwakili Badrun, sang ayah, yang terlihat muram dan enggan berkomentar. Kini, PA mendapat pendampingan dari Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Bogor. Menurut Yoyoh dari P2TP2A, suhu badan PA masih tinggi akibat trauma. "Dia belum bisa diajak bicara. Masih perlu waktu untuk memulihkannya," ujar Yoyoh.
Tubuh Kecil, Nyali Besar
Quraish Assegaf (56) dan Enung (45) jelas bangga pada perbuatan anak mereka, Abdu. "Padahal dia agak penakut. Apalagi badannya kecil. Tapi saya yakin, nyali dia besar. Waktu saya tanya kenapa berani, jawabnya karena spontan saja," kata Quraish yang mengaku terharu dengan keberanian sang anak.
Bapak empat anak ini bertutur, selalu menanamkan pendidikan agama kepada anak-anaknya. "Mudah-mudahan dia bisa sekolah tinggi, sampai kuliah."
Sedangkan, ayah Azis, Rachmat (42), berkisah, sehari sebelum berhasil menggagalkan usaha perkosaan itu, "Azis cerita, dia pernah lihat perempuan diperkosa di tempat itu tapi enggak berani mencegah karena pelakunya berbadan besar. Saya nasehati, lain kali jangan lihat perawakannya. Panggil orangnya dan laporkan kepada yang berwajib. Alhamdulillah, kali ini dia berani," ujar Rachmat bangga.
Ibunda Azis, Siti Sawanah (37), pun tak kalah bangga. "Padahal dia bukan anak pemberani. Makanya dia ikut taekwondo di sekolahnya setahun belakangan ini."
Kini, setelah banyak pihak memberi penghargaan dan hadiah bagi putranya, Rachmat hanya bisa berharap masa depan anaknya lebih baik dari dirinya. "Dulu saya guru agama dengan penghasilan kecil. Sekarang saya jadi buruh apa saja. Kalau kerja, baru dapat uang," ungkapnya.
Oleh sebab itu, ia berharap Azis jadi anak pintar dan sekolah setinggi-tingginya. Soal cita-cita jadi polisi, "Saya bilang ke Azis, jadi polisi tak semudah yang dibayangkan. Makanya buktikan dulu dengan sekolah yang pintar," ungkap Rachmat.
Laili Damayanti, Ahmad Tarmizi