Kisah Reshma Bertahan Hidup di Bawah Puing (4)

By nova.id, Senin, 20 Mei 2013 | 02:15 WIB
Kisah Reshma Bertahan Hidup di Bawah Puing 4 (nova.id)

Kisah Reshma Bertahan Hidup di Bawah Puing 4 (nova.id)

"NET "

Reshma jatuh setelah gedung Rana Plaza, tempatnya bekerja sebagai buruh pabik garmen, runtuh dan luluh lantak. Bangun dari pingsan, Reshma merangkak di bawah reruntuhan dengan sisa-sisa kekuatan yang dimilikinya.

"Air," ujarnya pada diri sendiri. "Aku harus menemukan air."

Reshma kemudian menemukan sebuah botol dengan sedikit sisa air di dalamnya. Namun berapa lama hingga ia berhasil menemukan botol tersebut? Berjam-jam? Berhari-hari? Atau berminggu-minggu? Dalam gelap yang teramat pekat itu, Reshma tak tahu pasti.

Yang ia tahu, saat itu tangisan sedih yang mulanya terdengar dari sekelilingnya sudah lama menghilang. Suara pria yang memohon pertolongan itu adalah suara terakhir yang ia dengar. Kini yang tersisa hanyalah kegelapan. Kesunyian. Dan keputusasaan.

Reshma menyeret tubuhnya melalui kegelapan tersebut, ia merasakan pakaian yang melekat di tubuhnya sudah tercabik-cabik. Ia menusuk bongkahan bata di depannya dengan sebatang besi yang ia temukan. Satu lubang demi satu lubang. Setiap kali ia berhasil membuat lubang, aliran udara mengalir.

Reshma mengais-ngais mencari sesuatu yang bisa dimakan. Empat buah biskuit yang ditemukannya di sela-sela reruntuhan dimakannya sedikit demi sedikit. Yang ia butuhkan adalah air. Beruntung, Reshma akhirnya menemukan air.

Setelah meraih air tersebut dengan tangkupan tangannya, Reshma segera menuangkannya ke tenggorokannya yang kering. "Aku tidak tahu apakah itu air hujan, air kotor, atau air apa," ujarnya kemudian. "Tidak penting air apa itu."

Reshma saat itu tak tahu, namun ketika itu ia berada di basement Rana Plaza yang tergenang banjir.

***

Sementara itu, jarak antara Dinajpur menuju Dhaka sekitar 170 mil jauhnya dan dapat ditempuh dengan mobil selama 10 jam. Ibu Reshma, Zubaida, mendengar berita runtuhnya Rana Plaza dari berita di televisi. Saat itu, tak ada cara baginya dapat menghubungi sang putri. Reshma menjual telepon genggamnya tiga hari sebelum kecelakaan ini untuk membayar sewa tempat tinggal.

Berbekal apa saja yang bisa diraihnya, Zubaida melompat ke bus yang menuju Dhaka. Dia mendatangi rumah sakit dan rumah duka, mencari-cari nama anaknya. Dia juga menunjukkan foto wajah Reshma kepada anggota penyelamat yang ia temui, namun tak seorangpun mengaku pernah melihat putrinya.

Beberapa hari pertama, harapan melihat Reshma hidup masih kuat. Setiap hari, tim penyelamat mengevakuasi puluhan korban selamat. Lebih dari 2.000 orang kembali hidup-hidup. Namun dengan bertambahnya hari, angka korban selamat menipis. Dan begitu pula dengan harapan Zubaida.