Beranjak remaja, Reshma mengagetkan seluruh keluarganya dengan menikahi pria yang usianya beberapa tahun lebih tua. Dia jatuh cinta, ujar Reshma kepada keluarganya, dan cinta tak mengenal batas.
"Kami menerima pria itu," ujar Zubaida. "Namun dia bukanlah yang terbaik bagi Reshma." Pria itu berkata kepada Reshma bahwa Zubaida kurang membayar mahar dan mengancam akan menikah lagi dengan gadis lain. Zubaida juga berujar, "Dia menyiksa Reshma."
"Kami sudah memberi mahar sebanyak yang kami mampu," ujar Zubaida. "Tapi itu tidak cukup baginya."
Bulan Juni 2010, pasangan ini pindah dari Dinajpur ke Dhaka, kota yang menjadi tujuan urbanisasi bagi mereka yang ingin mengubah peruntungan.
Karena pria itu bekerja di bidang garmen, ia lantas merayu Reshma agar ikut terjun ke industri ini. Gajinya lumayan. "Dan dia berkata gaji Reshma bisa mengganti kekurangan mahar dari orangtuanya," lanjut Zubaida.
Di bulan Januari, pria itu menghilang tanpa jejak. Karena tak mampu membayar sewa kontrak rumah sendirian, Reshma pindah ke sebuah kamar ukuran kecil yang terletak di samping halte bus Savar Bazaar.
Savar, sebuah daerah yang dulu merupakan area pertanian di dekat Dhaka, kini berkembang menjadi pinggiran kota yang kumuh, kacau, dan rumah bagi 4.500 pabrik garmen di negara ini.
Reshma dengan cepat menemukan pekerjaan di Rana Plaza, sebuah bangunan raksasa dengan sembilan lantai, yang menampung berbagai toko, sebuah bank, dan lima tempat produksi garmen.
Di tempat ini Reshma menghasilkan $60 sebulan, dua kali lipat pendapatan rata-rata buruh pabrik garmen di Bangladesh. Tetap saja, karena tak ada tambahan penghasilan dari sang suami, Reshma harus berjuang untuk bertahan hidup.
***
"Aku harus menemukan cara untuk memotong ini," pikir Reshma. Rambutnya yang hitam dan panjang terjepit di sela-sela reruntuhan tembok. Setiap kali ia mencoba bergerak, sejumput rambut tercabut dari kulit kepalanya.