Gadai Emas Berbuah Gugatan Puluhan Miliar (2)

By nova.id, Kamis, 11 April 2013 | 09:51 WIB
Gadai Emas Berbuah Gugatan Puluhan Miliar 2 (nova.id)

Sementara itu, peraturan Bank Indonesia (BI) soal gadai emas di bank syariah pada November 2012 lalu, membuat BI ikut terseret ke pengadilan. Edy Setiadi, Direktur Eksekutif Departemen Perbankan Syariah BI, membenarkan pada saat itu BI menemukan adanya penyimpangan dalam pelaksanaan produk gadai emas oleh bank syariah sehingga harus mengeluarkan peraturan baru. "Ada pertumbuhan pembiayaan tidak wajar dan mengarah kepada transaksi yang sifatnya spekulatif. Maka, BI menghentikan transaksi itu."

Saat ini, agar kasus serupa tak terjadi lagi, BI mengeluarkan surat edaran tentang tata cara gadai melalui Surat Edaran Bank Indonesia. Dalam surat edaran ini, jumlah gadai maksimal per nasabah adalah sebesar Rp 150 juta. "Berdasarkan data selama ini, 96,8 persen nasabah meminjam di kisaran itu," sebut Edy.

Tuduhan Butet yang menyebut BI gagal melakukan perannya sebagai mediator, menurut Edy lewat surel kepada NOVA, adalah tidak benar. "BI sudah melaksanakan fungsi pengawasan dan pembinaan sesuai kewenangannya. Kami juga telah melakukan upaya mediasi dengan mempertemukan kedua pihak yang bersengketa. Bila nasabah masih merasa dirugikan, mereka bisa menempuh jalur hukum," tulisnya.

Kasus ini menunjukkan, emas masih jadi idola bagi mereka yang ingin melakukan investasi jangka panjang. Fauziah Arsiyanti, SE, MM, ChFC, Independeni Financial Advisor dari PT Fahima Advisory membenarkan. "Tidak usah cicil-cicil. Kalau ada uang, beli saja apa adanya," nasihatnya.

Kasus gadai emas yang menimpa Butet dan nasabah BRIS lain, dipandang Fauziah memiliki banyak unsur spekulasi. "Antara lain, tingkat suku bunga dan harga emas yang fluktuatif." Banyak orang memang tergiur janji-janji produk investasi yang terlalu indah. Kata Fauziah, "If it's too good to be true, than it is too good to be truth. Selidiki dulu, tanya berulang kali sampai jelas."

Sebagai calon investor, masyarakat memang dituntut untuk banyak belajar. "Media informasi sudah banyak tersedia, tinggal keinginan kita untuk banyak bertanya sebelum berinvestasi," sarannya.

Astudestra Ajengrastri