Agar tak kembali dihubungi T, MA sengaja mengganti nomor ponselnya. Di sekolah, ia juga tak mau sendirian. Meski begitu, MA masih juga merasa tak nyaman. Sampai akhirnya, November lalu, ia mulai berani mengadukan masalahnya ke guru Bimbingan Konsuling. Oleh karena agenda sekolah padat, guru Bimbingan Konsuling baru mengadukan masalah ini ke kepala sekolah Januari lalu.
"MA mengaku diperiksa pihak sekolah. Kepala sekolah memintanya agar kasus ini diselesaikan secara kekeluargaan, apalagi sudah menjelang ujian nasional. Nah, MA tak terima keputusan sekolah. Apalagi, belakangan ada isu yang berkembang di sekolah, MA berpacaran dengan Y, guru Geografi di sekolahnya. MA memang mengaku dekat dengan Y, tapi hanya sebatas hubungan murid dan guru. MA juga tak pernah jalan bersama Y di luar sekolah."
Akhirnya, MA memberanikan diri mengungkapkan masalahnya kepada sang ibu. Selanjutnya, Ns, ibunda MA, menghubungi Ibu Rama. "Bermula dari situlah, saya, Bu Rama, dan beberapa teman mendampingi MA. Kepada kami, MA mengungkapkan keluh-kesahnya."
Setelah yakin MA dan ibunya akan melanjutkan kasus yang menyangkut masalah hukum ini, Heru pun mendampingi ibu dan anak itu melapor ke Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Hari berikutnya, kasus ini dilaporkan ke Polda Metro Jaya.
Tak lama setelah itu, kasus MA tersiar luas di media massa Bahkan, menurut Heru, ada semacam jumpa pers di sekolah yang menghadirkan T didampingi kuasa hukumnya. Dalam kesempatan itu, T tidak mengakui perbuatannya. "Dia malah melempar isu adanya hubungan MA dengan guru Y."
Mendengar T berdalih, MA yang kala itu ada di lingkungan sekolah jadi menangis histeris. Rupanya, MA tahu soal pengingkaran T yang membuatnya menangis histeris. Sambil menangis, ia menuding T telah berbohong di hadapan banyak wartawan.
Cibiran di Twitter
Merebaknya kasus ini, papar Heru, membuat MA makin tertekan. "Tadi malam saya telpon dia. Seharian dia nangis terus. Yang membuat saya sesak, dia mengatakan, 'Om, saya sudah enggak ada harganya. Saya sudah mengecewakan Mama.' Saya coba tenangkan dia," ujar Heru.
Dikatakan Heru, MA juga sudah beberapa hari ini tak masuk sekolah. MA makin murung. Heru menduga, semua ini ada hubungannya dengan cibiran dari beberapa temannya lewat Twitter. Bunyinya antara lain, "Pusing gua Na, gila M bikin malu bgt nyampe di tv ada beritanya", "4 kali bisa dapat Rp 200 ribu, ya lumayanlah buat beli kerudung", atau "Kalau empat kali sih doyan, bukan pelecehan."
Heru, seperti halnya MA dan sang bunda, berharap, polisi akan menuntaskan kasus ini.
Henry Ismono