Kasus pelecehan ini sudah diadukan pihak RSU Atambua ke Polres Belu, namun belum ditindaklanjuti.
Direktur RSU Atambua dr Hendrik F Besin SKed, Selasa (30/10/2012), mengisahkan kejadian ini. Sebelum nahas menimpa, korban yang saat itu kedatangan ibu kandungnya, hendak menemui ibunya yang menginap di Hotel Intan.
Korban bersama ibunya sekitar pukul 18.00 WITA, hendak ke Pasar Baru Atambua untuk mengambil uang di ATM Bank Mandiri. Menjelang pukul 19.00 WITA, keduanya hendak pulang dan menunggu kendaraan ojek, untuk kembali ke hotel.
Karena kendaraan ojek saat itu hanya satu, maka oleh ibu kandungnya, korban diminta lebih dulu berangkat dan menunggu di hotel, sementara ibunya akan menyusul dari belakang dengan ojek lain.
Korban kemudian mengiyakan, dan tanpa firasat buruk apapun mengikuti laju kendaraan ojek. Saat itu, oknum tukang ojek membawa korban melewati rumah jabatan wakil bupati Belu, terus ke arah SMU Surya, Atambua
Korban yang juga orang baru, tanpa firasat buruk terus mengikuti. Namun, saat melewati SMU Surya Atambua, oknum tukang ojek membelokkan sepeda motornya ke arah Susteran Alma.
Saat itu, korban sudah merasa cemas. Korban menanyakan mengapa kok belok ke gang yang gelap? Lantas si tukang ojek menjawab bahwa ia mau ke rumahnya untuk mengambil helm, karena khawatir bisa ditilang polisi.
Saat tiba di tempat sepi, si tukang ojek menghentikan kendaraannya, dan mengatakan hendak buang air kecil. Karena cemas, korban kemudian lari, namun dikejar oleh oknum tukang ojek. Diduga, si tukang ojek memukul menggunakan helm ke kepala korban, sehingga kacamata yang dipakai korban terlepas.
Korban kemudian jatuh, dan si tukang ojek diduga melakukan tindakan kekerasan kepada korban, karena ada bekas goresan luka di wajah korban. Korban berusaha bangkit melarikan diri, sambil berteriak minta tolong dengan berjalan ke Biara Susteran Alma.
Korban kemudian diantar ke Hotel Intan untuk dipertemukan dengan ibu kandungnya. Setelah itu kasus inipun langsung diadukan ke Polres Belu.
Kini, korban masih trauma. Apalagi, pada malam kejadian, beberapa oknum yang mengaku sebagai anggota polisi mendatangi Hotel Intan untuk menginterogasi korban. Karena trauma, korban ketika itu menanyakan identitas oknum anggota polisi, namun tidak diberikan.
"Ya namanya orang trauma, wajar kalau minta identitas anggota polisi. Korban juga waspada, jangan-jangan oknum yang mengaku polisi juga adalah teman oknum tukang ojek itu. Kasus ini sudah diadukan korban dan pihak RSU Atambua ke polisi. Sampai sekarang kami belum tahu sejauh mana proses penyelidikannya," ucap dokter Hendrik.
Terhadap kasus yang dialami korban dokter ini, dokter Hendrik mengusulkan kepada Pemkab Belu, supaya menertibkan para tukang ojek. Di setiap pangkalan, tukang ojek perlu diberikan seragam khusus, sehingga siapapun yang menggunakan jasa ojek dapat mengenali.
"Apabila tidak ada tanda khusus, maka kasus yang dialami korban dokter ini bakal meluas," sarannya.
.
.
.
Pos Kupamg