Misteri Di Balik Tewasnya H M Soehoed

By nova.id, Kamis, 18 Oktober 2012 | 10:28 WIB
Misteri Di Balik Tewasnya H M Soehoed (nova.id)

Lagi-lagi, lanjut Sri, hasil visum itu banyak terdapat kejanggalan. Karena terus penasaran Sri mencek laporannya ke Polresta.  "Saat ke Polresta, Sri diberikan secarik kertas, disitu tertulis berdasarkan surat Polresta tanggal 24-29 Agustus, disebutkan tak ada saksi yang mengetahui peristiwa itu sehingga kasusnya SP3," ujar ibu tiga anak ini.

Karena kecewa, akhirnya Sri melaporkkan kembali kasus ini ke Polda. Selasa (29/9) tahun lalu, sempat diadakan gelar perkara. Saat gelar perkara berlangsung alm. diperagakan terjatuh dari mobil." Jika benar korban jatuh dari mobil yang tingginya sekitar 30 cm, maka memar tersebut mungkin ada goresan dan memungkinkan terkenah tulang pada pipi namun memar tersebut hanya pada seputaran mata sebelah kanan alm. Jadi, kami menduga alm. telah dianiaya karena memar pada mata korban disebelah kanan adalah rata tak ada tergores," tutur  Sri geram.

Pertemuan almarhum dengan Kartini melalui proses yang cepat. " Saat bapak berusia 70 tahun, ibu kami Hj Tumidjah meninggal. Lalu, bapak . menikah lagi setahun kemudian. Dulunya Kartini adalah penjual kue. Usianya sekarang 70 tahun. Kartini memiliki dua orang anak. Dan, saat bersama bapak, mereka tak punya anak. 

Almarhum menduduki jabatan Direktur di PT  Fajar Deli Utama bergerak di bidang ekspor impor. Walau pernah jaya, tapi setelah usia perusahaan itu 20 tahun, sekarang sudah sekarat. "Untuk menyelamatkan perusahaan itu kami akan menyetorkan gaji kami anak-anaknya untuk perusahaan," ujar Sri yang sering memberi uang pada sang ayah tapi hanya sehari  dompetnya sudah kosong.

Pernah, kata Sri, dia melihat uang perusahaan sudah hampir ludes sementara uang di tabungan Kartini mencapai Rp 10 Milyar. "Kalau ditanya uang mereka bilang itu adalah uang hasil mereka jualan kue dulunya. Tapi, kami yakin, gara-gara harta itulah mereka anak beranak tega menganiaya bapak.""

Menurut Sri, ibu tiri dan anak-anaknya sering mengambil uang almarhum. "Padahal mereka juga sudah disekolahkan. Bahkan, istilahnya sudah ditinggikan derajat mereka karena  bisa sekolah.  Tapi, kok sanggup berbuat keji.."

 Sri yakin kasus ini akan panjang. "Perlu tenaga dan waktu untuk tuntas. Saat sekarang ini memang susah cari keadilan. Ini memang masalah keluarga dan  harta. Tapi, yang tidak bisa kami terima, jangan karena harta, bapak sampai dianiaya. Sebagai ahli wais kami tak ikhlas. Kami minta pada Allah pelaku dibalas dunia dan akhirat," ujar Sri mengaku kehidupan dia dan enam orang saudaranya sudah cukup mapan," jadi, kami bukan 'tamak' harta tapi keadilan alm. itu saja."

Saat kasus ini dikonfirmasi ke Polresta Medan, salah seorang sumber di kepolisian mengaku kalau kasus ini sudah dialihkan ke Poldasu. " Enggak tahu lagi bagaimana perkembangan kasus itu, " ujar sumber itu lagi.

Debbi Safinaz