Kisah Duka Keluarga Waruwu

By nova.id, Senin, 19 November 2012 | 00:18 WIB
Kisah Duka Keluarga Waruwu (nova.id)

Kisah Duka Keluarga Waruwu (nova.id)

"Keluarga Waruwu (Foto: Debbi) "

Empat dari lima anak Waruwu terkena Katarak. Bahkan si bungsu yang baru berusia delapan bulan juga menderita Katarak sejak bayi  itu lahir.

Keluarga Waruwu hanya bisa pasrah saat empat  dari lima anak-anak pasangan Putriyani Zai (28) dan Yasokhi  Waruwu (32) ini terkena Katarak. Keempat orang anak itu Sisca Waruwu (9), Sepdarwin Waruwu (7), Mersiani Waruwu (3) dan Glenbejanolo Waruwu ( 8 bulan), menderita Katarak sejak  lahir.

Setelah pasutri ini menikah tahun 2002, setahun kemudian Putriyani  Zai hamil. "Anak pertama lahir tahun 2003, namun  saat lahir, kedua kelopak matanya tak bisa terbuka. Setelah berumur sebulan barulah Sisca bisa membuka mata. Begitu juga dengan anak kedua. Sebulan kemudian baru bisa buka mata. Namun, saat melahirkan anak ketiga, Desriani (5), kondisi bayi itu normal. Kedua matanya bisa terbuka, " ujar Putri.

"Biasanya setelah  melahirkan, saya bertanya pada bidan, kenapa anak-anak saya tak bisa membuka matanya waktu lahir. Bidan bilang dia juga tak tahu apa penyebab anak-anak saya tak bisa membuka mata. Dia menyarankan kami pergi ke kota Gunung Sitoli untuk memeriksa kondisi mata anak saya pada dokter mata. Namun, apalah daya, kami tak punya biaya untuk pergi ke dokter spesialis mata. Apalagi, suami saya hanyalah seorang petani, " tutur Putri dengan suara tersendat.

Saat anak ke-empat dan anak ke-lima lahir kondisi mata kedua anak itu juga sama. Namun, anak kelima Glenbejanolo bisa membuka matanya tapi dia terkena Katarak. "Untuk menandakan anak-anak itu Katarak, waktu lahir mata mereka agak sedikit ke dalam," kata warga Desa Oladano, Kecamatan  Indane, Gunung  Sitoli, Kabupaten Nias.

Sebenarnya, kata Putri, anak pertama mereka Sisca setelah berumur lima tahun sudah merengek-rengek minta sekolah. "Tapi bagaimana dia sekolah nanti. Matanya kan tak bisa melihat. Bukan hanya tulis dan baca, dia juga tak bisa berteman. Sehari-hari Sisca hanya bermain-main dengan adik-adiknya di rumah. Biasanya, kalau anak-anak sudah mulai bisa berjalan, mereka akan memegang dinding sembil meraba-raba untuk selangkah demi selanglah," ujar Putri mengaku dia tak mengalami kesulitan saat hamil ke-5 orang anaknya.

Yang membuatnya sedih, keempat anak-anaknya tak bisa melihat. "Kalau yang satu  berjalan, yang lain sering 'menabrak'  tubuh yang lainnya. Cuma pendengaran mereka  yang berfungsi. Mereka sudah tahu suara bapak dan ibunya. Makanya, kamilah yang harus menjaga dan memerhatikan kegiatan mereka sehari-hari. Kalau anak yang satu berjalan, yang lain harus diawasi jangan sampai berdiri did ekatnya. Wah.. pokoknya saya harus serba hati-hati mengawasi mereka dan harus punya tenaga lebih buat merawat mereka," tutur Putri sambil memandang suaminya.

Sering Rewel dan Cengeng

Menurut Putri, jika nonton televisi mereka cuma dengar suara  saja. Karena tak bisa melihat, Putrilah yang menyiapkan makan anak-anaknya. "Mereka memang bisa makan sendiri, tapi makannya  sering tumpah," kata Putri.

Yang bisa dilakukan anak-anak ini hanya pergi beribadah." Mereka kan harus tahu agama juga, makanya mereka selalu kami ajak ke gereja. Mungkin, dengan kondisi yang  serba tak melihat itu anak-anak  jadi suka rewel. Umur  7 tahun saja Sisca masih cengeng dengan saya. Tak pernah terbayangkan di pikiran saya mengapa anak-anak ini masih kecil sudah kenah Katarak, bagaimana masa depan mereka kelak," tutur Putri menjelaskan tak mungkin dia membawa anak-anak semua keluar rumah," untuk urusan keluar rumah harus bergantian saya dan suami, salah satu mesti ada yang tinggal di rumah."

Putri dan Yasokhi menganggap penyakit yang diderita anak-anaknya ini bukanlah penyakit keturunan. "Ini memang sudah takdir buat keluarga kami. Makanya, pernah terbersit di pikiran saya dan suami saya keputus asaan dengan penyakit anak-anak kami ini,"