Kak Seto Bicara Kasus Bullying Don Bosco

By nova.id, Senin, 6 Agustus 2012 | 01:54 WIB
Kak Seto Bicara Kasus Bullying Don Bosco (nova.id)

Kak Seto Bicara Kasus Bullying Don Bosco (nova.id)

"Kak Seto (Foto: Laili) "

Kasus bullying Don Bosco ikut menarik perhatian Kak Seto Mulyadi, aktivis Komnas Perlindungan Anak dan psikolog sekaligus pemerhati anak. Kak Seto berharap semua pihak tak gegabah menghukum anak-anak pelaku bullying di SMA Don Bosco Pondok Indah.

Menurut Seto, menghukum anak-anak tanpa dasar yang jelas hanya akan menghasilkan kekerasan yang berlanjut. Seto menyarankan sekolah untuk lebih menghukum secara jalur pendidikan.

 "Kita dapat mengembalikan proses sanksi ini secara administratif dari pihak sekolah. Bagaimanapun semua kesalahan harus ada sanksinya tapi tetap edukatif," ungkapnya sembari membeberkan bagaimana selama ini Komnas Perlindungan anak dan KPAI telah memberikan pendampingan anak mulai pertama.

Kendati pelaku harus mendapat sanksi, sebaiknya pihak sekolah maupun polisi juga memperhatikan jika korban dan pelaku tetap harus tak takut pergi ke sekolah.

Selain itu, anak-anak pelaku bullying yang menurut Kak Seto adalah anak-anak yang memiliki energi berlebih sehingga perlu penyaluran. Seto menyarankan sekolah untuk memberikan penyaluran di bidang olah raga, seni, maupun yang lain sesuai minat masing-masing.

Untuk langkah selanjutnya, Seto juga KPAI akan mengatur jadwal menghadap ke Kemendiknas untuk dapat memberikan masukan-masukan serta melakukan koreksi serta introspeksi atas sistem pendidikan negara ini. "Seharusnya pendidikan juga mengedepankan etika dan budi pekerti sebagai pokok yang utama lalu estetika . Sedangkan iptek adalah yang ketiga dan bukan sebaliknya," ungkap Seto menyayangkan.

Kesalahan dalam sistem pendidikan ini ditangkap pemerhati anak ini melihat hasil penelitian yang menyatakan di Jawa Barat sekitar 60% Sekolah Dasar terjadi kasus bullying. Sayangnya, ini tidak disadari orang tua dan Guru.

"Jika saja mereka cukup dekat dengan orang tua dan guru, apapun yang terjadi dapat termonitor dengan baik. Jika sering terjadi, mungkin ada sesuatu yang keliru dengan sistem pendidikan kita dan tanpa sadar dibiarkan. Sehingga beberapa sekolah tidak menyadari apa itu bullying," pungkasnya.

Laili