Tatapan mata Sujarwo (33) terlihat kosong. Ia sama sekali tak mempedulikan apapun yang ada di sekitarnya. Kendati diajak berbicara berulang kali, tak ada sahutan dari bibirnya. Ia hanya duduk diam di pelataran rumahnya di Desa Lemah Abang, Kec. Bendo, Magetan (Jatim). Kalau pun menjawab, hanya septong kata lirih yang nyaris tak terdengar
Lelaki yang sehari-hari bekerja sebagai tukang batu terlihat seperti mengalami tekanan batin yang berat. Penyebabnya adalah akibat tragedi Kamis (12/7) siang. Ia mendapati anak semata wayangnya Naila Ramadhani (4) tewas mengenaskan yang diduga dibunuh Sriatun (28) ibu kandungnya. "Sekarang masih lumayan, kemarin dia bolak-balik pingsan," kata Kasbun (70) ayah Sriatun yang ditemui Nova di rumahnya, Jumat (13/6).
Bapak enam orang anak itu menceritakan, Kamis siang itu adalah saat yang tak pernah terlupakan. Ia mendapat musibah yang luar biasa berat. Sriatun, anak kelimanya tak lain istri Sujarwo tega membunuh darah dagingnya sendiri. "Anak saya memang sudah cukup lama mengalami gangguan. Tapi baru kali ini menggunakan kekerasan, sebelumnya tidak."
Kakek enam orang cucu itu menguraikan kronologis kejadiannya. Sujarwo kerja sebagai kuli bangunan di salah satu rumah tetangganya. Ketika istirahat siang, ia pulang untuk makan. Setiba di rumah, Sujarwo yang sudah lima tahun menikah itu mendapati rumahnya tertutup dan terkunci dari dalam. Lelaki asal Desa Tanjung Jajar, Kec. Bendo itu curiga, karena tak biasannya pintu dikunci dari dalam.
Seketika itu juga dia mendobrak pintu rumahnya hingga terbuka. Begitu pintu terbuka, Sujarwo menjerit histeris. Ia melihat anaknya tertelungkup darah di atas tikar ruang tamu dengan tubuh bersimbah darah dari luka leher yang menganga. Sriatun, istrinya duduk di lantai memandang tubuh anaknya tanpa ekspresi. Sementara, golok yang diduga untuk membunuh masih ada di sebelahnya. "Kemarin di desa sini seperti pasar, dipadati warga dari berbagai desa yang ingin melihat," ujar Kasbun.
Yang syok tak hanya Sujarwo saja, Makinem (65) istrinya juga mengalami hal yang sama. Sampai saat ini istrinya tak mau keluar dari kamar, bahkan diajak berbicara pun dia tak mau. "Siapa orangnya tidak syok. Naila itu kan cucu kesayangan kami," imbuh bapak yang memiliki tiga petak sawah tersebut.
SEBELUM MENIKAH
Kasbun tak tahu persis mengapa Sriatun anaknya tersebut sampai mengalami gangguan jiwa. Perubahan perilaku itu sendiri sebenarnya sudah terjadi sejak lama, tepatnya sebelum dia menikahh lima tahun silam.
Ia masih ingat gangguan itu terjadi ketika anaknyaya sepulang dari Bandung. Sriatun, sendiri, selepas SMEA di Madiun, kemudian mengadu nasib bekerja di sebuah perusahaan di Bandung sekitar tiga tahun lamanya. Ia tak tahu persis apa pekerjaan anaknay tersebut.
Namun, gangguan jiwa yang dialami oleh Sriatun tersebut tidak terus menerus, tapi terjadi secata temporer. "Kadang dua bulan sekali kambuh. Kalau kambuh sekitar dua minggu lamanya," ujar Kasbun yang hanya bisa membawa ke manteri kesehatan karena tak punya biaya untuk membawa ke dokter tersebut.
Jika kambu, ia tidak marah atau menganggu orang lain, tapi ia hanya diam membisu saja. "Kalau kambuh dia itu diam saja dengan tatapan mata kosong. Meski diajak bicara sama sekali tak menanggapi. Makanya orang sini kaget dia sampai membunuh segala, " cetusnya kepada tabloidnova.com..