Jika sedang 'normal', perilakunya sehari-hari seperti orang waras pada umumnya, bahkan juga membuat batu bata di depan rumahnya. "Kita sendiri juga tidak tahu apa pencetus dia kambuh atau tidak," kata Mardiono (63) kerabat yang saat kejadian ikut membantu mengevakuasi tubuh Naila.
Bahkan, lanjut Mardiono, kalau sedang tidak kambuh, Sriatun maupun Naila sangat dekat dan saling menyayangi. "Sriatun tak mau pisah dengan anaknya, demikian pula Naila juga tak mau bermain berlama-ama karena katanya kasihan sama emaknya kalau ditinggal sendirian di rumah," kata bapak tiga orang anak yang rumahnya berdekatan tersebut.
Mardiono menceritakan, kematian Naila yang begitu mengenaskan tak hanya menjadi pukulan keluarganya saja tapi juga warga setempat. Sebab, bocah bertubuh subur itu dikenal sangat lucu dan banyak omong. "Meski belum sekolah, tapi dia anak cerdas. Itu terlihat dari omongannya, dia bisa saja menjawab kalau ditanya," paparnya.
Selama ini lanjut Mardiono, bila Sriatun kumat, biasannya Naila selalu diajak bapaknya pergi, termasuk ke tempat kerja. Mardiono, bekerja Naila seharian bermain-main di sekitar tempat bapaknya bekerja. "Tapi enggak tahu lagi, kemarin kok Sujarwo tidak mengajaknya. Ya mungkin namanya apes jadi ada saja jalannya," jelas Sujarwo yang masih merasa merinding ketika teringat kejadian kemarin.
Kapolsek Bendo, Magetan (Jatim) AKP Sujarwanto, ketika dihubungi Nova, Jumat (13/7) menjelaskan, saat ini Sriatun ditahan di Mapolres Magetan. Karena diduga Sriatun mengalami gangguan jiwa, harus dilakukan pemeriksaan oleh psikiater. "Memang kalau dugaan kita pelaku melakukan itu akibat gangguan jiwa," tutur Kapolsek.
Gandhi Wasono M.