Menulis sudah jadi keseharian sastrawan Naning Pranoto. Ia sudah mulai menulis sejak SD. Begitu produktifnya, hingga kini ia sudah menghasilkan ratusan cerpen. Selain itu, perempuan kelahiran Yogyakarta ini juga sudah membuat belasan novel. Buku-bukunya termasuk laris di pasaran seperti Mumi Beraroma Minyak Wangi, Miss Liu, Musim Semi Lupa Singgah di Shizi, Belladonna Nova, dan masih banyak lagi.
"Selain menulis buku fiksi, sayajuga menulis buku nonfiksi. Judulnya Creative Writing 72 Jurus Seni Mengarang dan 24 Jam Memahami Creative Writing," papar Naning yang mendalami bidang Academic Writing and Creative Writing di University of Western Sydney, Australia. Di Austalia pula ia mempelajari sastra dan politik.
Semasa tinggal di Australia, sebetulnya Naning belum terpikir untuk hidup menjadi penulis. Saat itu, ia bahkan ingin menjadi peneliti dan akademisi. Sampai suatu saat, "Teman saya sastrawan yang juga memiliki usaha penerbitan di Magelang, ingin membukukan cerita bersambung karya saya yang dimuat di media."
Menurut Naning, kabar ini mengubah haluan hidupnya. Sesaat kemudian, ia memilih pulang ke Indonesia. Ia mengaku luar biasa antusias ketika buku pertama Mumi Beraroma Minyak Wangi benar-benar diterbitkan penerbit Indonesia Tera pada 2001. Dari karya pertama, menyusul novel berikutnya juga terbit. "Saya juga dihubungi penerbit di lingkungan Gramedia untuk membukukan cerpen-cerpen saya," papar Naning.
Naning mengaku begitu antusias ketika karya pertamanya berhasil terbit. "Bangga luar biasa. Dalam sehari saya ke toko buku Gramedia sampai sepuluh kali. Bagi saya, puncak pekerjaan menulis, ya, ketika karya kita terbit dan dipajang di toko buku," katanya.
Tak sekadar menulis, Naning juga berbagi ilmu. Berbekal kemampuannya, sudah beberapa tahun belakangan ini Naning mengajar menulis kreatif di berbagai sekolah. Ia juga kerap memberikan workshop penulisan di berbagai acara. "Bukan bermaksud sombong, tapi sudah ribuan sastrawan muda lahir lewat kegiatan creative writing," ujar peraih gelar master di bidang Chinese Studies dari Bond University, Australia.
Selain itu, Naning juga mengajar para pedagang pasar di lima kota di Indonesia. "Saya mengajari mereka membuat tulisan untuk majalah dinding. Lengkap dengan rubrik-rubriknya," papar Naning.
Berbekal pengalamannya yang segudang di bidang penulisan, Naning pun berbagi ilmu tentang bagaimana menjadi sorang penulis. Bagi Naning, menulis merupakan pekerjaan yang penting. Bahkan ia mengatakan, "Tuhan menghendaki orang untuk menulis. Sebuah hadis juga mengatakan orang yang menulis dan menuntut ilmu, saat ke luar rumah akan ditaburi bunga oleh malaikat".
Menulis juga bisa menjadi upaya untuk membasuh jiwa. "Saya pernah mewawancarai Dian Syarif, seorang penderita lupus. Ia mengaku, dengan menulis ia bisa melupakan rasa sakit yang menyerangnya. Sungguh luar biasa."
Dengan menulis pula, lanjut Naning, orang bisa mengungkapkan unek-uneknya. Dengan demikian, "Menulis juga merupakan sebuah terapi jiwa," kata Naning seraya mengatakan, pahlawan nasional RA Kartini bisa dikenang sampai sekarang, salah satunya lewat surat-suratnya. Tulisannya yang dibukukan dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang tenar sampai kini. Bayangkan saja kalau dia enggak menulis," jelas Naning.
Dengan kemampuannya itulah, Naning membagi jurus-jurus jitu menjadi penulis yang baik. Inilah tahap-tahapnya.