Kisah "Aneh" Saat Pencarian Korban

By nova.id, Kamis, 24 Mei 2012 | 02:09 WIB
Kisah Aneh Saat Pencarian Korban (nova.id)

Kisah Aneh Saat Pencarian Korban (nova.id)

"Kasat 2 Pelopor Brimob Polri Kombes Anang Revando menjelaskan perihal medaki Gunung Salak. (Foto: Moonstar Simanjuntak/NOVA) "

Berbagai kejadian yang mungkin sulit diterima nalar, nyatanya terjadi.

Mencari sang ayah, itulah keinginan keras Angga Tirta (27) yang membawanya hingga mencapai puncak Gunung Salak. Padahal, anak pasangan Capt. H. Husdiana Wiganda dan Siti Gina Syarimunah ini belum pernah mendaki gunung.

Berangkat bersama tim evakuasi, Angga hanya berbekal sebotol air mineral. Itu pun tak diminumnya karena ingin diberikan kepada sang ayah.

Mukjizat datang selepas Angga melakukan salat malam. "Saya berusaha berkomunikasi batin dengan Papa. Saya tanya, di mana ia berada. Mendadak, kok, saya merasa Papa memberi bisikan, katanya ada di lereng."

Ia juga seperti dituntun dengan bau jengkol dan petai, makanan kesukaan sang ayah. "Padahal, mana ada pohon petai dan jengkol di situ."

Bisikan sang ayah disampaikannya ke komandan Tim SAR TNI yang kemudian menyisir tebing. Ternyata di situlah lokasi jatuhnya Sukhoi. Di situ pula Angga menemukan KTP ayahnya yang dalam penerbangan ini diutus oleh Kartika Airlines.

Lebah Penuntun

Bukan tanpa maksud jika helipad yang digunakan untuk proses evakuasi di puncak Salak Satu dibangun di sebuah makam bertuliskan Raden KH Moh Hasan Bin R KH Bahyudin Praja Kusumah. Makam berkeramik putih itu, kata H. Marsya Abdullah (38), juru kunci Gunung Salak, memang kerap digunakan untuk memohon berkah.

Yang jelas, berbagai kejadian "aneh tapi nyata" dialami tim penyelamat. AKP Eko Budiman SiK dari Brimob bertutur, ia sempat melihat cahaya. "Karena hari mulai gelap dan lokasi reruntuhan belum juga dicapai, saya dan tim memutuskan beristirahat. Di tengah kegelapan malam, tiba-tiba ada sebuah cahaya berwarna merah dan terang. Saya enggak mikir apa-apa ketika itu. Saya cuma bilang ke seorang anak buah saya. Herannya, dia melihat cahaya itu berwarna putih dan anak buah saya yang lain malah tidak melihat. Beberapa menit kemudian cahaya itu meredup dan hilang," ungkapnya.

Pagi menjelang, Eko dan anak buahnya meneruskan perjalanan. "Tiba-tiba saya tersadar, dari tadi ada lebah yang mengikuti kami. Kalau kami istirahat, lebah itu terbang di sekitar saya. Begitu saya jalan, lebahnya ikut pergi. Begitu terus sampai kami di lokasi reruntuhan."

Lain lagi cerita Komandan Tim Marinir Yonif 2 Cilandak, Letkol Oni Junianto. "Anak buah saya sempat melihat hewan yang tak nyata. Katanya dia lihat macan sebesar sapi melintas di depannya. Beruntung hal-hal seperti itu tidak mengganggu tugas kami selama membantu proses evakuasi."

Sementara Prada Heri, juga dari Marinir, berkisah, "Jumat (11/5) malam usai menaikkan jenazah, saya istirahat di dekat kantung jenazah. Ketika terbangun sekitar pukul 02.00, saya melihat satu dari tiga kantung jenazah itu berbentuk pocong. Paginya saya pastikan, ternyata warnanya oranye. Takut salah lihat saya tanya ke teman-teman, ternyata ada satu teman yang melihat hal sama."