Tapi, pikiran itu segera ditepis Ela. "Saya harus bangkit tidak boleh berpikiran seperti itu. Apalagi, sehari-hari saya sudah dijejali hal-hal seperti ini, harus siap menghadapi ini. Mas Didik itu seperti teman, penghibur, suami, kakak, penyemangat."
Kematangan Didik terlihat saat rumah pasangan ini kebanjiran tahun 2007. "Seminggu saya tidak makan karena yang dipikirkan harta benda. Tapi Mas Didik memberi semangat. Mati itu tidak membawa apa-apa. Sekarang saja kamu dikasih musibah banjir sedih, apalagi kalau yang lebih berat. Mungkin nanti salah satu dari kita duluan pergi, bisa saja saya. Jadi, kita bertiga harus siap dengan kondisi kehilangan keluarga."
Didik di mata Ela adalah orang yang benar-benar matang, berpikir jauh ke depan, realistis, dan siap mental. "Dia akui pekerjaannya adalah menyambung nyawa. Dia bilang, itulah profesinya yang harus dipertanggungjawabkan dan percaya ajal itu di tangan Allah. Hal itu, sudah beberapa kali dibicarakan, pelan-pelan kami diberi bekal biar tidak kaget kalau benar-benar terjadi. Ke putra saya juga dilakukan hal yang sama."
Kenangan yang paling romantis, rupanya Didik masih suka manja. "Tiap kali pulang kerja, saya selalu menyuapkan makan, itu permintaan dia. Menurut dia, disuap adalah komunikasi cinta Mas Didik kepada saya. Boleh lama menikah tapi hal seperti ini jangan sampai lepas. Minyak rambut pun selalu saya olesi atau tali sepatu saya ikatkan."
Kejujuran Didik pun diakui Ela. "Dapat gaji tidak pernah dia ambil pasti diberikan buat saya.. Katanya, menjaga supaya dia tidak ada niatan buruk. Namanya kehidupan ada saja cobaan. Cintanya tidak berkurang dari awal sampai sekarang. Malah kualitasnya bertambah. Saya tidak bakal mendapatkan suami seperti itu," kata Ela yang dilarang bekerja ini. "Saya tidak boleh capek. Anak itu harus diurus ibunya bukan orang lain."
Pertama kali menyukai sosok Didik karena wibawa dan tidak banyak bicara. "Dia suka ke saya karena mungil dan manis. Makanya saya dikasih nama kesayangan Monik. Sosok saya yang tadinya tomboi dan cuek berubah 180 derajat jadi kalem berkat Mas Didik. Dia itu tidak pernah marah dan membentak. Pokoknya, tidak pernah menimbulkan masalah."
Mas Didik, lanjut Ela, mati syahid karena pekerjaan. "Siapa yang memuliakan istri jalannya ke surga akan mudah." Kata Ela yang sempat memimpikan Didik. "Mimpi pertama posisinya terlentang, lemah tidak berdaya. Kedua, mimpi saya dinafkahi batin oleh Mas Didik. Sehari-harinya dia selalu menjaga hubungan batin tidak pernah berkurang dari awal sampai terakhir. Dia selalu memikirkan kebutuhan saya," tutur Ela yang tetap optimis selama belum ada hasil identifikasi.
Nove