Sesungguhnya, lanjut Narni, Siang itu berjalan biasa tanpa firasat. "Saya dan Danan bermaksud pergi menyerviskan jam tangan Bapak yang rusak. Sedangkan Bapak dan Hari berada di kampus," ungkap Narni. Hari memang menuntut ilmu di Fakultas yang sama dengan sang ayah. "Kebetulan jadwal saya hari itu padat. Ada rapat senat, menguji calon dosen, dan sebagainya," imbuh Koerni. Praktis, rumah keluarga ini kosong. Hanya ada Sri, sang pembantu, seorang.
Kompleks tempat tinggal mereka di jalan Cigadung Indah, Bandung, juga sedikit lebih lengang setiap hari Jumat. Maklum, orang-orang sedang menunaikan salat Jumat di masjid yang terletak agak jauh dari pemukiman.
"Tiba-tiba saya dapat telepon dari Sri, katanya rumah kemalingan saat dia sedang ke warung," tutur Narni. Sri, lanjut Narni, mengaku sempat melihat tiga buah motor keluar dari rumah. Maling berhasil menggondol uang sejumlah USD 6000 dan sebuah laptop. Danan yang ketika itu sedang bersama Narni langsung meneruskan berita tersebut kepada Hari lewat telepon genggam. "Setelah itu kami buru-buru pulang."
Rupanya, Hari sudah terlebih dahulu tiba di rumah. Ia sudah sempat memeriksa sekeliling rumah dan menelpon ke 112. "Sayang tidak tersambung. Setelah kami tiba, Danan juga menelpon nomor yang sama, tapi lagi-lagi tidak tersambung," papar Narni.