Hary Tewas Menegakkan Keadilan (1)

By nova.id, Jumat, 4 Mei 2012 | 14:18 WIB
Hary Tewas Menegakkan Keadilan 1 (nova.id)

Hary Tewas Menegakkan Keadilan 1 (nova.id)
Hary Tewas Menegakkan Keadilan 1 (nova.id)

"Hariandaka Maruti (repro) "

Meski sudah cukup lama berselang, kejadian Jumat (20/4) siang itu masih tergambar jelas di benak Koerni dan Suwinarni (53), istrinya. Duka pun masih begitu membayanagi. Danandaka Mumpuni (24), kakak Hari yang jadi saksi adiknya meregang nyawa setelah tertembak peluru juga masih menyimpan trauma. "Awalnya Danan sangat syok sehingga kami tidak berani memaksa dia cerita kejadian sebenarnya, takut dia ambruk. Sekarang alhamdulillah sudah baikan," ujar Koesni.

Sesungguhnya, lanjut Narni, Siang itu berjalan biasa tanpa firasat. "Saya dan Danan bermaksud pergi menyerviskan jam tangan Bapak yang rusak. Sedangkan Bapak dan Hari berada di kampus," ungkap Narni. Hari memang menuntut ilmu di Fakultas yang sama dengan sang ayah. "Kebetulan jadwal saya hari itu padat. Ada rapat senat, menguji calon dosen, dan sebagainya," imbuh Koerni. Praktis, rumah keluarga ini kosong. Hanya ada Sri, sang pembantu, seorang.

Kompleks tempat tinggal mereka di jalan Cigadung Indah, Bandung, juga sedikit lebih lengang setiap hari Jumat. Maklum, orang-orang sedang menunaikan salat Jumat di masjid yang terletak agak jauh dari pemukiman.

"Tiba-tiba saya dapat telepon dari Sri, katanya rumah kemalingan saat dia sedang ke warung," tutur Narni. Sri, lanjut Narni, mengaku sempat melihat tiga buah motor keluar dari rumah. Maling berhasil menggondol uang sejumlah USD 6000 dan sebuah laptop. Danan yang ketika itu sedang bersama Narni langsung meneruskan berita tersebut kepada Hari lewat telepon genggam. "Setelah itu kami buru-buru pulang."

Rupanya, Hari sudah terlebih dahulu tiba di rumah. Ia sudah sempat memeriksa sekeliling rumah dan menelpon ke 112. "Sayang tidak tersambung. Setelah kami tiba, Danan juga menelpon nomor yang sama, tapi lagi-lagi tidak tersambung," papar Narni.

Berbekal ciri-ciri yang diungkapkan oleh Sri, Hari lantas berinisiatif mengejar para pelaku. "Dia bilang, siapa tahu mereka terhambat rombongan orang salat Jumat. Saya bilang, tidak akan ketemu. Kan, mereka naik motor," tukas Narni yang melihat selisih waktu satu setengah jam sejak para pencuri membobol rumah.

Toh, Hari dan Danan bersikeras. Mengendarai motor masing-masing, kakak-beradik ini melaju mengejar para pencuri. "Saya sudah bilang untuk merelakan saja barang-barang yang hilang, tapi mereka ngotot," tambah Koerni.

Belakangan, setelah Hari meninggal, Koerni mendapat laporan dari tetangga yang curiga. "Mereka melihat ada wanita tak dikenal yang sudah beberapa hari hilir mudik di depan rumah kami. Sepertinya mereka mengamati jadwal aktivitas kami."

 Laili Damayanti, Ade Ryani / bersambung