Dahlan Iskan di Mata Nafsiah: Dia Memang Spontan dan Gila Kerja (2)

By nova.id, Rabu, 25 April 2012 | 04:43 WIB
Dahlan Iskan di Mata Nafsiah Dia Memang Spontan dan Gila Kerja 2 (nova.id)
Bagaimana dengan kondisi kesehatan Bapak?

Karena dia suka nekat, kami semua pasang kuda-kuda menjaganya. Mulai dari sopir hingga perwakilan Jawa Pos di daerah, sudah tahu kondisi kesehatan Bapak. Mereka tahu Bapak harus dijaga mulai dari makanan, obat, juga cuaca. Alhamdulillah ini tahun ke-5 pasca cangkok hati. Saya agak plong kemarin kontrol ke Tiongkok hasilnya baik.

Meski disiplin soal kesehatan, tapi dia pantang makanan berlemak, mengandung pengawet, vetsin, dan pedas. Makanan kesukaannya adalah ikan sungai yang dibuat berbagai macam rasa khas daerah. Makanya saya selalu membuatkan bekal makanan ke kantor. Saya tidak malu karena ini salah satu bentuk dukungan saya untuk suami.

Rutinitas kami biasanya setelah salat Subuh, saya masak, Bapak mengetik, lalu jam 05.00 minum obat. Setelah siap-siap, kami ke Lapangan Monas untuk olahraga pagi, kemudian dia berangkat kerja sementara saya pulang ke rumah atau berkegiatan lainnya.

Anda berdua begitu kompak, ya?

Karena kami pada dasarnya pekerja. Di rumah, biasanya kami berdiskusi banyak hal. Kami juga selalu berpikir positif. Biasanya kami juga saling kasih tahu ada kegiatan apa saja dan di mana. Kadang satu kegiatan, kadang berbeda. Pokoknya, istri enggak mengekor, kecuali saya bayar sendiri, ha ha ha...

Meski dikejar waktu, semua harus dinikmati supaya tidak beban. Kadang dapat pesawat malam langsung spontan pulang ke Surabaya lalu kembali ke Jakarta sebelum hari Senin. Kami habiskan waktu dengan anak dan cucu. Saya masak, Bapak mancing ikan, olahraga, dan makan bareng. Pokoknya, luangkan waktu yang berkualitas bersama keluarga.

Apa yang menarik dari diri seorang Dahlan Iskan?

Saya suka sifatnya yang mandiri dan cara dia mendidik yang memberi pencerahan bagi keluarganya. Sebagai suami dan ayah, Bapak sempurna dengan dia apa adanya. Cuma soal waktu saja yang sering membuat kami protes, ha ha ha... Kalau sedang berkumpul di Surabaya tapi Bapak masih saja kerja, suka "diperingatkan" oleh anak-anak.

Anak-anak memanggilnya Abah. Dia paling senang digandolin sama cucu-cucunya. Tapi bagi saya, kesan romantis itu saat Bapak selalu memanggil saya, "Ding" bukan "Ma." Ding berarti adik dalam bahasa Kalimantan.

Suka duka selama 37 tahun menikah tentu banyak. Tapi ada momen yang membuat saya paling terharu. Ceritanya, di tahun ke-25 perkawinan, anak kami lulus kuliah cum laude. Kami bahagia sekali. Saya rela meninggalkan pekerjaan demi anak, saya rela ditinggal Bapak demi pekerjaan, tapi hasilnya anak kami berprestasi luar biasa. Itu semua anugerah buat saya.

Apa kiat sebagai istri untuk mendukung suami?

Sebagai istri sekaligus ibu, seorang perempuan haruslah mendukung suami bekerja karena sukses suami adalah siapa yang berada di baliknya. Kalau kita pandai menempatkan diri, Insya Allah akan berkah.

Biasanya suami yang salah, kan, karena istrinya banyak tuntutan. Tapi kalau kita punay banyak kepedulian dan kegiatan, tidak akan sempat terpikir hal-hal lain. Juga banyak berdoa supaya suami kerja dengan tenang, istri tidak macam-macam, urus anak dengan baik, jadi masa depan terjaga.

 Ade Ryani