Beberapa minggu belakangan, Ut mengaku pikirannya sedang kusut. Pria yang sejak lima tahun lalu tak punya pekerjaan tetap ini terancam didepak dari rumah kontrakan yang ditinggali bersama istri dan tiga anaknya. "Saya harus bayar sewa untuk satu tahun. Kalau tidak, saya harus keluar karena sudah ada orang yang mau bayar setahun penuh," ujar Ut yang juga tengah terlilit utang. Pria yang sempat menekuni berbagai usaha seperti bisnis pelaminan, pengelolaan limbah pabrik, hingga jadi kernet angkutan ini memang berutang sana-sini untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Di tengah kekalutan itu, Ut teringat Suwantji. "Sekitar 4 atau 5 tahun yang lalu, dia pernah menolong saya," ungkap pria yang mengaku lulusan Diploma 2 jurusan Pariwisata di sebuah perguruan tinggi di Bandung ini.
Toko Emas Berjalan
Dengan niatan meminjam uang sebesar Rp 15 juta, Rabu (11/4) itu Ut mendatangi kediaman Suwantji di Komplek Larangan Indah, Tangerang. Sayang, malam itu Suwantji sedang tak ada di rumah. Jumat (13/4) malam, Ut mencoba keberuntungannya lagi. Saat menekan bel rumah Suwantji, "Tak ada pikiran sama sekali membunuh Bude (bibi, Red.)"
Setelah menunggu di depan pintu selama beberapa saat, sang bibi yang pernah merawat Ut saat ia masih kecil, mempersilakan keponakannya masuk. "Saya minta tolong baik-baik. Bukannya dibantu, saya malah dimaki-maki," ujar Ut.
Sang bibi, masih kata Ut, menyebutnya kepala rumah tangga yang tidak bertanggung jawab. Ia juga mempertanyakan kondisi Ut yang tidak kunjung memiliki pekerjaan tetap. "Orang, kan, harus punya pengalaman bekerja lima tahun di tempat yang sama. Umur juga harus di bawah 40 tahun. Sedangkan saya sudah 45 tahun. Mau kerja apa?" ujar Ut dengan nada kesal.
Meski dimaki, Ut tetap berusaha meminta belas kasihan sang bibi. Ia bersimpuh di dekat kaki Suwantji untuk meluluhkan hatinya. "Tolong, demi anak-anak saya. Jangan lihat saya. Lihat anak-anak dan istri saya biar mereka punya tempat tinggal," katanya menirukan ucapannya pada Suwantji. Pria berkaca mata ini juga berjanji akan melakukan pekerjaan apa pun untuk membayar utangnya nanti.
Upaya Ut 'merendahkan diri' di hadapan Suwantji ternyata tidak membuahkan hasil. Suwantji bersikukuh tak mau mengeluarkan sepeser uang pun buat Ut. Amarah sontak menyergap diri Ut. Ia lantas merogoh alat setrum di kantong celananya dan menyetrum Suwantji di bagian leher hingga pingsan.
Shocking gun seukuran telepon selular berwarna hitam itu, katanya, dibeli dari seseorang. Awalnya, alat kejut dengan kekuatan 3.800k volt itu hendak ia berikan ke istrinya sebagai alat untuk berjaga-jaga saat harus pulang malam sendirian. "Habis disetrum, Bude sempat sadar, berteriak, dan melawan. Saya bekap mulutnya sampai dia lemas," ujar Ut datar.
Ketika Suwantji kembali sadar, lagi-lagi ia memaki-maki Ut. Tersulut emosi, Ut lantas mencekik Suwantji hingga tidak ada lagi perlawanan. "Tubuhnya menggelosor, terduduk di lantai, dan bersandar di dipan. Saya periksa denyut nadinya. Ternyata lemah. Matanya tertutup. Baru setelah itu saya cari valuta asing," ungkap Ut yang tak kunjung menemukan mata uang asing yang dicarinya. "Bude, kan, sering keluar negeri. Perkiraan saya, dia pasti punya mata uang asing. Setiap pertemuan keluarga, Bude saya kayak toko emas berjalan," ujar Ut ketus.
Tidak berhasil menemukan yang ia cari, Ut memutuskan mengambil gelang emas yang dikenakan Suwantji dan beberapa barang berharga miliknya. Menurut Ut, saat ia meninggalkan Suwantji, bibinya masih hidup meski denyut nadinya lemah. Dari hasil menjual jarahannya, ia mendapat uang sekitar Rp 8 juta.