"Ya, kami sedang menunggu Bapak Sri, Petran, dan adiknya Budiono dari Jakarta. Seharusnya, pesawat tiba di Medan pukul 16.00 wib lebi sedikit tapi delay di Jakarta, jadi pukul 18.30 wib baru tiba di Medan," ujar Rina boru Sitompul didampingi Tim Mawaddah Medan, Rika Yoez S.Sos.
Detik-detik mendebarkan dirasakan oleh orang-orang yang menunggu kedatangan Petran dan Budiono. "kami sengaja merahasiakan kedatangan ini agar Sri surprise," ujar Rika Yoez. Tak berapa lama menunggu di dalam ruang kedatangan, tiba-tiba seorang pria paruh baya mengenakan jaket dan seorang pemuda datang menghampiri Sri.
Begitu diberitahu itu bapak dan adiknya, Sri langsung tercengang. Mulutnya terkatup rapat tak mampu bicara. Walau masih merasa asing, tapi perempuan berhijab ini berlari menghampiri bapak dan adiknya. Sejurus kemudian, anak beranak ini terlihat saling memeluk erat. Air mata langsung tumpah. Berkali-kali dia bingung dan masih tak memercayai kalau yang ada di hadapannya adalah bapak yang sudah dirindukan puluhan tahun.
Setelah berbicara sebentar, Sri lalu didatangi adiknya, Budiono. Kali ini Sri terlihat sudah tak kuat lagi. Dia memeluk erat-erat adiknya, seakan-akan tak mau lepas lagi dengan orang-orang yang dicintai dan dirindukannya. Lalu, tangis Sri, Petran dan Budiono 'pecah' disela-sela kerumunan orang yang melihat adegan mereka.
Sri akhirnya dia bisa bertemu dengan orang-orang yang dicintainya. "Saya surprise sekali, tak menyangka ini bisa terjadi. Saya berterima kasih buat orang-orang yang selama ini begitu peduli pada saya," ucap Sri dengan air mata berlinang.
SetaIi tiga uang, bapak Sri, Petran, juga tak menduga bisa ketemu lagi dengana anaknya yang sudah terpisah sejak 27 tahun lalu darinya. " Saya bersyukur sekali ternyata Allah SWT mendengar doa-doa saya selama ini. Saya terharu bercampur sedih bertemu dengan anak saya Sri. Dari kecil saya kenal dia dan setelah deawasa saya tahu Sri dari fotonya. Jadi, seperti percaya dan tidak percaya. Rasanya tak terukur perasaan saya ini sangking bahagianya," tutur Petran dengan suara tercekat.
Bgeitu juga yang diakui Budiono, adik Sri, dia mengaku tak bisa membayangkan bisa bertemu dengan Sri yang sudah dicari-cari kerena menghilang selama ini. "Sebenarnya, kerabat kami sempat kontak dengan ibu tapi beliau tidak pernah memberitahu dimana keberadaan Sri. Mungkin ibu takut. Bahkan, ibu juga akhirnya tak diketahui dimana keberadaannya. Kami juga pernah mencari Sri dari Bengkulu hingga Banda Aceh. Tapi, tak ada petunjuk yang jelas dimana Sri berada."
Menurut Budiono, setamat SMP di Temanggung dia sudah berkelana mencari Sri. "Saat itu saya sudah putus asa, tapi akhirnya saya ikhlas jika Sri tinggal dengan orang yang mau menerimanya. Saya juga sempat bingung kenapa bisa begini jalan hidup Sri. Namun, sejak pertama kali bertemu dengan Sri kami bersyukur pada Allah SWT. Untuk masalah majikan Sri pak Regar kami serahkan saja pada Mbak Rina," jelas Budiono mengaku dia dulunya sempat berpikir kenapa bukan dia saja yang diberi cobaan demikian berat.
"Mungkin sudah diberi sinyal saya bisa bertemu bapak dan adik lewat mimpi. Ternyata mimpi itu jadi kenyataan," tutur Sri dengan suara terbata-bata.
Sebelumnya diberitakan, Sri Purwati alias Purowati alias Butet didampingi Kepala Lingkungan melapor ke Polsek Medan Kota, Sabtu (8/2) lalu sekitar pukul 22.00 wib. Sri mengaku diperbudak selama 27 tahun sejak dia berusia 8 tahun. Sekarang usia Sri sudah 35 tahun.
Sebelum melapor ke polisi dia melarikan diri dari rumah majikannya sekitar pukul 19.00 wib melalui gang sebelah rumah. Pelarian itu adalah yang kedua baginya. Selama dua puluh tujuh tahun tinggal bersama majikannya, Regar, Sri tidak disekolahkan bahkan tidak diberi uang sama sekali. Padahal pak Regar berjanji akan menjadikan Sri seperti anak sendiri.
Menurut Sri, dia juga sering diperlakukan kasar oleh majikannya seperti dicaci maki bahkan ditampar serta dianiaya. Sehari-hari makan Sri juga dijatah cuma makan dua kali sehari. Dia juga tak diperbolehkan keluar rumah dan bergaul dengan tetangga sekitar. Pak Regar juga sering pindah-pindah rumah.
Koordinator Mawaddah dan P2TP2A, Rina Sitompul selaku pendamping Sri mengaku majikan Sri diduga melakukan tindakan kekerasan. "Ini merupakan bentuk kekerasan dalam rumah tangga dan melanggar UU ketenaga kerjaan yang mengarah pada tindakan perbudakan."
Menurut Rina, perlakuan itu jelas melanggar HAM. "Karena perlakuan yang sangat kejam itu sudah tidak berperikemanusiaan. Hak Sri untuk tumbuh dan berkembang sejak dia kecil sudah dirampas oleh majikannya pak Regar. Bahkan, ketika dia dewasa hak dia sebagai pekerja tidak diberikan," jelas Rina. Selasa (17/4) Sri didampingi Tim Mawaddah mendatangi Komisi E DPRD Sumut untuk minta perlindungan kasus yang dideranya.Debbi Safinaz