Perempuan "Langka" di Dunia Kerja Pria (1)

By nova.id, Rabu, 18 April 2012 | 23:36 WIB
Perempuan Langka di Dunia Kerja Pria 1 (nova.id)

Perempuan Langka di Dunia Kerja Pria 1 (nova.id)
Perempuan Langka di Dunia Kerja Pria 1 (nova.id)

"Bersama tim test pilot dan flight test enginee PT DI. (Foto: Dok Pri) "

Seperti Astronot

Lingkungan kerja yang didominasi kaum pria juga tidak membuat Esther ciut. Ia malah tertantang membuktikan kompetensinya setara dengan para pria. Tak mudah memang, kata Esther. Ia melaluinya dengan doa dan air mata. "Keraguan mereka memang tidak terang-terangan, tapi tersirat. Saya merasakan betul itu. Tapi dari situ juga mental dan karakter saya dibentuk," kata wanita yang pernah menguji coba empat buah pesawat dalam sehari.

Pekerjaan sebagai penguji pesawat ini kemudian dirasakannya sebagai panggilan jiwa. "Bayangkan, secara fisik saya kurang tinggi. Ditambah latar belakang yang bukan dari dunia eksata, sebuah keajaiban saya bisa mendapat banyak kesempatan emas," ucapnya. Ingin menambah ilmu, Esther lantas memutuskan sekolah lagi dengan biaya sendiri. Tahun 1994, ia disahkan menjadi captain. Dalamnya pengetahuan Esther tentang pesawat lantas membuatnya dipercaya menjadi pilot uji atau test pilot, khusus untuk menguji pesawat baru buatan PT DI.

"Test pilot itu penuh risiko, satu step sebelum astronot. Maka itu buat pesawat tak mudah, dari tiap proses harus bisa dipertanggungjawabkan komponennya." Pengalaman paling berkesan ia alami saat melakukan manuver dengan satu mesin pesawat dimatikan. "Meski bahaya, menguji limitasi itu sangat perlu karena jadi pengarahan bagi pilot operator."

Walau kerjaannya menguji, Esther tetap mengikuti dari awal tahap pembuatan pesawat. "Saya terbang tidak nitip nyawa saya ke orang lain. Sesama profesional harus kerjasama tim," lanjut Esther yang juga telah merasakan jatuh bangunnya PT DI sebagai perusahaan. Pernah di saat masa krisis, PT DI tak bisa menggaji karyawan selama dua bulan. "Begitu ada pesawat baru siap saya uji coba, saat take off mereka semua teriak gembira. Artinya, akan gajian. Begitulah perjuangan kami. Ha ha ha...," seloroh Esther

Untungnya, kini PT DI telah menggeliat lagi. Maret lalu, Esther mengirim pesawat CN-235 MPA pesanan Korea Selatan. Selain Korea Selatan, permintaan pesawat berasal dari Thailand, Brunai Darussalam, Uni Emirat Arab, Malaysia, dan Pakistan. "Saat paling membanggakan adalah ketika masuk teritori udara negara pemesan, lewat radio komunikasi kami ditanya apakah pesawat ini yang dipesan dari Indonesia? Wah, bangga rasanya saat menjawabnya," tukas Esther yang selain menjadi pilot juga memiliki perusahaan di bidang pelatihan dan animasi sistem penerbangan.

Ade Ryani / bersambung