dr. Ananto Sidohutomo Si Pencipta "Bidadari" untuk Deteksi Kanker Sendiri (1)

By nova.id, Sabtu, 31 Maret 2012 | 22:45 WIB
dr (nova.id)

dr (nova.id)
dr (nova.id)

"Ananto, dokter yang juga berjiwa sastra bersama istri dan keempat putra-putrinya. (Foto: Dok Pri) "

Dari mana munculnya ide menciptakan prosedur itu?

Hasil pemikiran yang panjang dan berdasarkan kasus-kasus yang pernah ditangani. Misalnya, ada suami menggeret istrinya ke klinik saya dan melaporkan kalau di payudara istrinya ada benjolannya. Namun istrinya kekeuh, payudaranya normal saja. Setelah diperiksa ternyata memang benar si istri menderita kanker. Dari sana saya menyimpulkan, jika suaminya juga bisa menemukan kelainan pada istrinya, pemeriksaan payudara juga bisa dilakukan oleh si suami. Makanya saya buat Sarami.

Apakah Sarami efektif dilakukan?

Cukup efektif. Dalam setahun saya menemukan 9 kasus dan yang menemukan adalah suaminya yang bukan dokter. Sehingga saat itu saya berpikir, oh ternyata ada celah untuk menurunkan angka kematian akibat kanker payudara. Salah satunya, mempersenjatai pasangan untuk bisa memeriksa payudara istrinya.

Payudara memang milik istri, tapi ternyata yang lebih concern terhadap payudara istri adalah suaminya. Karena masih banyak istri-istri yang tidak terlalu memerhatikan payudaranya sendiri. Pertaruhan saya, bagaimana caranya untuk sesegera mungkin menyosialisasikan ini kepada seluruh masyarakat. Jadi istri-istri ini tak perlu konsultasi ke dokter di tahap awal. Nah, Gerakan Moral Bidadari tidak pakai produk yang harus dibeli, melainkan pemahaman SOP yang bisa dilakukan sendiri.

Secara bisnis, tidak malah merugikan dokter?

Oh, tidak. Fungsi dokter yang sebenarnya kan harus promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan paliatif. Sedangkan apa yang saya lalukan ini ada di gerakan promotif. Kalau gerakan promosi saya bagus, masyarakat akan lebih suka berhubungan dengan dokter dan mudah berkomunikasi. Menurut saya, tak ada yang dirugikan dengan apa yang sudah saya lalukan. Justru kalau kasus ini banyak ditemukan di masyarakat, dokter kandungan dan lainnya justru bisa terbantu dalam menemukan banyak sekali benjolan-benjolan yang sudah diketahui di tahap awal.

Ada rencana untuk mematenkan SOP ini?

Memang ada beberapa teman yang menganjurkan untuk dipatenkan. Agar setiap orang yang akan melakukan itu memberi royalti atau apa lah istilahnya. Tapi saya pikir, saya ini orang yang tidak baik-baik amat. Hidup saya juga bukannya tanpa dosa, baik dosa kecil ataupun besar. Jadi kalau memang ini diizinkan, semoga ini bisa menjadi pintu surga buat saya.

Kalau pun nanti ada dokter lain menggunakan SOP Bidadari, tak jadi soal buat saya. Saat dokter lain sedang sibuk mengklaim dan mematenkan temuan saya, saya akan menemukan dan menciptakan sesuatu yang lain. Saya tak tertarik mempermasalahkan ini temuan siapa. Saya lebih senang berkarya. Ini kan hasil perenungan saya selama berbulan-bulan agar perempuan bisa lebih baik kesehatannya.

Amir Tejo / bersambung