Bayangkan, kerja sedikit saja aku tidak diperbolehkan. Bila sedang di rumah, ia akan memasak dan membersihkan rumah sendiri tanpa boleh aku bantu. Ia hanya ingin aku istirahat, duduk dan nonton teve. Sikap Mas Didit sangat lemah lembut, sama sekali tak pernah marah apalagi berkata kasar. Mas Didit baru akan marah bila melihat aku lupa menunaikan salat.
Terkadang pula saat ia ada di rumah aku diajaknya jalan-jalan ke mal agar aku tidak bosan hanya berada di rumah saja. Tidak ada rasa malu atau risih sedikitpun ketika ia mendorong kursi rodaku berjalan-jalan di tengah kerumunan orang di dalam pertokoan. Ia tak peduli, meski ada sebagian orang yang memandang kami dengan ekspresi aneh. Justru sebaliknya, terkadang aku yang merasa malu diperlakukan demikian oleh orang lain. Namun intinya, aku tak bisa menggambarkan dengan kata-kata kebahagaiaanku mendapatkan Mas Didit.
Aku merasa ini adalah berkah Allah yang tak ternilai buatku. Ia benar-benar lelaki yang luar biasa hebat karena bisa menerimaku apa adanya. Oh ya, beberapa waktu lalu sebenarnya aku sempat hamil. Sayang, mungkin karena kecapekan sehabis membantu kakak mengerjakan sesuatu sehingga aku keguguran. Tahu aku mengalami kegguguran, lagi-lagi Mas Didit memberiku semangat dan berusaha menenangkan hatiku. Aku berharap, kesetiaan Mas Didit ini terjaga sampai kapanpun. Amin.
Gandhi Wasono M