Mujiyanto di Mata Orangtua (1)

By nova.id, Kamis, 1 Maret 2012 | 23:09 WIB
Mujiyanto di Mata Orangtua 1 (nova.id)

Mujiyanto di Mata Orangtua 1 (nova.id)
Mujiyanto di Mata Orangtua 1 (nova.id)

"Foto: Gandhi Wasono M/Nova "

Jarang Bicara

Meski aku juga tergolong dari kelas ekonomi biasa-biasa saja, aku berusaha mendidik Mujiyanto sebaik mungkin, termasuk soal pendidikan. Ketika sudah cukup usia, aku masukkan ia ke TK kemudian dilanjutkan ke SD. Sebenarnya setamat SD aku ingin sekali Mujiyanto melanjutkan ke SMP, karena aku dengar dari guru-gurunya Mujiyanto tergolong pelajar yang cukup pandai.

Tapi entah mengapa selepas SD ia tak mau lagi melanjutkan sekolah, dengan alasan ingin membantuku bekerja di rumah. Meski sempat aku paksa, tapi ia bergeming pada pendiriannya. Karena sudah menjadi keinginannya, aku tak bisa memaksa. Memang benar, seperti yang dijanjikan, untuk mengisi waktu luangnya, saban hari ia membantuku di sawah atau mencari rumput untuk pakan sapi.

Namun, ada satu hal yang aku lihat berbeda dari Mujiyanto dibandingkan anak sebayanya. Ia memiliki watak sangat tertutup dan sama sekali tak mau bergaul dengan siapapun. Jangankan dengan teman sebaya, bertandang ke rumah tetangga sebelah pun ia tak pernah lakukan.

Jadi setiap hari setelah selesai mengerjakan tugasnya, ia langsung masuk rumah dan tidak keluar lagi. Bahkan sifat tertutup itu juga dilakukannya ke keluarga sendiri. Ia tak mau bicara kalau memang benar-benar tidak perlu. Namun di sisi lain, ia tergolong anak manis dan tak pernah bikin susah orangtua akibat ulahnya.

Setelah cukup lama hari-harinya diisi dengan kegiatan di sawah atau mencari rumput, suatu ketika ada tawaran dari seseorang pencari kerja yang menawarkan padanya pekerjaan sebagai penjual bakso keliling di Bogor, Jawa Barat. Rupanya, Mujiyanto tertarik ajakan itu. Tak lama, ia pun pamit untuk berangkat ke Bogor dengan alasan ingin belajar merantau dan mencari duit sendiri. Lagi-lagi sebagai orangtua, aku tak bisa mencegahnya kecuali hanya mendoakan yang terbaik buatnya.

Gandhi Wasono M / bersambung