Saya merasa iba melihat nasib anak-anak itu, kemudian saya jadi kepala sekolahnya. Hanya saja sejak awal saya sudah berniat dalam hati, yang sekolah di sini harus anak-anak dari orangtua yang tidak mampu, anak PSK, dan anak yatim piatu. Kalau ada anak di luar itu, saya tidak terima.
Ternyata, mengelola sekolah ini tidak mudah. Cobaan pertama datang, tanah yang digunakan yayasan ternyata dijual pemiliknya. Akhirnya sekolah saya pindahkan di rumah pribadi saya yang sebenarnya sudah saya kontrak-kontrakkan di Dupak Bangunrejo 46.
Ketika itu jumlah muridnya hanya 49 orang. Sejak itulah saya bersikeras SD Sabilas Salamah ini harus bisa meningkatkan martabat anak-anak dan orangtuanya. Artinya, bagaimana anak-anak ini bisa sekolah dan belajar sehingga nasibnya bisa sama dengan anak-anak yang lain.