Istri Enggan Dicerai, Suami Dalangi Pembunuhan (1)

By nova.id, Senin, 30 Januari 2012 | 00:45 WIB
Istri Enggan Dicerai Suami Dalangi Pembunuhan 1 (nova.id)

Istri Enggan Dicerai Suami Dalangi Pembunuhan 1 (nova.id)
Istri Enggan Dicerai Suami Dalangi Pembunuhan 1 (nova.id)
Istri Enggan Dicerai Suami Dalangi Pembunuhan 1 (nova.id)

"Akhirnya HR mengakui semua perbuatannya di hadapan polisi saat dimintai keterangan. (Foto: Gandhi/Nova) "

Pembunuh Bayaran

Seiring berjalannya waktu, aku juga mendengar, penyebab terjadinya pembunuhan terhadap putriku lantaran HR terlibat asmara dengan wanita lain. Padahal, menurutku, bila memang sudah tidak suka pada anakku, mengapa tidak dicerai saja. Mumpung anakku masih muda dan cantik sehingga masih bisa mendapat suami yang lebih baik.

Yang membuat aku makin tak habis pikir, HR benar-benar bisa bermain sandiwara dengan sempurna. Bayangkan, di hari kejadian itu siang harinya ia datang naik motor bersama istri dan anaknya ke rumahku. HR pun bercerita, ia baru saja pulang dari Jumus, perkebunan teh yang kini dijadikan lokasi wisata. Ia bilang, sengaja mengajak jalan-jalan anak dan istri untuk mengisi liburan tahun baru.

Sepulang dari Jumus, ia mampir ke rumahku. Tentu aku gembira, apalagi sudah lama tak bertemu Rangga, cucuku. Selama berada di rumahku, semua berjalan baik-baik saja. Mereka bertiga terlihat banyak guyon, bahkan tidur-tiduran di kursi panjang depan rumah. Mereka pun sempat salat Ashar, Maghrib, dan Isya di musala depan rumah.

Selain menjengukku, mereka pun memberi uang Rp 1 juta untuk memperbaiki ruang tamu, mengingat tak lama lagi akan ada kenduri dua tahun meninggalnya suamiku, Sabar. Setelah salat Isya, mereka pamit pulang. Aku ingat persis setelah aku menciumi Rangga dan Wigati, bergantian HR mencium tanganku dengan santun.

Yang membuat aku sakit hati sekali, sehari setelah kejadian pembunuhan itu, Sumadi, ayah HR masih sempat-sempatnya memfitnah dan menuduhku bahwa pembunuhan itu didalangi oleh mantan kekasih Wigati. "Mbak, saya yakin Wigati itu dibunuh oleh seseorang yang merupakan suruhan lelaki yang dulu pernah dekat dan disakiti oleh Wigati," demikian kira-kira ucapan Sumadi yang sungguh membuat hatiku pedih.

Sontak, ucapan itu langsung aku bantah. "Tidak mungkin! Anakku sebelum menikah dengan HR tidak pernah menjalin hubungan dengan lelaki lain!" sanggahku. Menurutku, ucapan itu sudah keterlaluan dan tidak tepat diucapkan. Bayangkan saja, baru sehari aku kehilangan anak, tapi sudah dipojokkan dengan ucapan yang menyakitkan seperti itu. Aku jadi pengin tahu, bagaimana sikap Sumadi setelah tahu ternyata otak pembunuhan itu justru anaknya sendiri.

Akhirnya lima hari setelah pemakaman, makam Wigati yang semula terletak di Desa Beringin dipindah ke pemakaman di desa kami, Desa Watualang. Sebab, menurutku, bila tetap berada di sana, siapa yang kelak merawat makamnya?

Aku pun tak habis pikir dengan BDN, karyawan Wigati yang termasuk pelaku pembunuhan itu. Mengapa ia begitu tega, padahal setahuku, Wigati sangat sayang kepada semua karyawannya. Aku mengatakan demikian karena aku tahu dan pernah melihat dengan mata kepala sendiri sikap Wigati terahdap anak buahnya. Setiap ada waktu sengang, Wigati biasanya membuatkan kopi untuk seluruh karyawannya dan memberikan sebungkus rokok untuk setiap karyawannya.

Gandhi Wasono M / bersambung