Usianya masih belia. Gadis manis dengan tahi lalat di dagu ini baru menginjak kelas dua SMA Dwijendra Bualu, Nusa Dua, Bali. Ni Nengah Widiasih sejak kelas 6 SD sudah tinggal di asrama Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Bali. Sengaja memilih tinggal di sana lantaran lebih dekat ke sekolah dan merasa lebih percaya diri daripada hidup di kampung halamannya, Kabupaten Karangasem, Bali.
Berawal dari ikut-ikutan sang kakak I Gede Suantaka yang atlet angkat berat dan teman-temannya yang juga banyak berkiprah di dunia yang sama, akhirnya membuat Widi mau menjajal cabang olahraga maskulin itu. Untuk bisa menjadi atlet di cabang ini diperlukan latihan yang intensif. "Dalam seminggu kami harus latihan empat sampai lima kali. Kami latihan seperti sudah pertandingan. Repetisinya sampai berkali-kali," ujarnya. Ia mengatakan, saat latihan sanggup mengangkat berat dengan beban hingga 95 kg. Bahkan jika kondisinya sedang benar-benar fit, 100 kg pun bisa diangkatnya.