Beruntung ia kemudian mendapat informasi berharga dari tetangganya. Kata si tetangga, beberapa menit sebelum Jovino hilang, terlihat dua orang perempuan, satu bertubuh gemuk dan satu lagi kurus, muncul dan bilang mencari rumah kontrakan. "Mereka banyak bertanya pada ibu tetangga. Hanya beberapa menit, mereka lalu bilang mau cari tempat kos lain. Tetangga kami masuk rumahnya dan tak curiga apa-apa."
Karena kehadiran dua wanita tadi hampir bersamaan dengan waktu hilangnya Jovino, Vilde lantas menduga, jangan-jangan dua wanita ini sengaja mengalihkan perhatian saat pria yang disebut "om" oleh Nara membawa kabur Jovino.
Tanpa buang waktu, Vilde dan suaminya melapor ke masjid yang kemudian mengabarkan hilangnya Jovino. "Kami lalu ke stasiun, siapa tahu Jovino dan penculiknya masih ada di sana. Para tetangga juga ikut mencari-cari di sekitar rumah. Kami juga lapor ke polisi."
Dari para saksi, polisi mencoba merekonstruksi wajah tiga orang yang diduga terlibat dalam kasus penculikan Jovino. Dua perempuan pencari rumah kontrakan dan seorang lelaki berkumis dengan postur sedang.
Ketika wajah tiga orang itu ditunjukkan kepada Nara, "Ia segera menunjuk sosok si pria sambil mengatakan dialah yang membawa pergi adiknya. Makin kuat dugaan saya, Jovino memang jadi korban penculikan," kata Vilde sambil menambahkan, polisi juga sudah menyebar sketsa wajah tiga terduga pelaku.
Belakangan Vilde tahu dari beberapa tetangganya, sudah beberapa hari ini pria yang dicurigai polisi itu mondar-mandir di sekitar rumah kontrakan. Bahkan sehari sebelum kejadian, sepulang dari belanja sayur pukul 11.30, "Saya melihat pria itu di dekat rumah, sedang memarkir sepeda motornya. Saya tidak sempat berbincang dengannya."
Sampai beberapa hari setelah kejadian, lanjut Vilde, tidak ada satu orang pun yang mencoba mengontak Vilde dan suaminya untuk minta tebusan. Menurut Vilde, rasanya memang tidak mungkin para penculik minta uang tebusan. "Kami, kan, keluarga sederhana. Makanya saya menduga Jovino diculik dengan motif lain," ujar Vilde yang khawatir anaknya jadi korban jual-beli anak.
Henry Ismono / bersambung