Dua Anak Dibilang Gantung Diri, Sang Bunda Terus Cari Keadilan (1)

By nova.id, Senin, 16 Januari 2012 | 08:36 WIB
Dua Anak Dibilang Gantung Diri Sang Bunda Terus Cari Keadilan 1 (nova.id)

Dua Anak Dibilang Gantung Diri Sang Bunda Terus Cari Keadilan 1 (nova.id)
Dua Anak Dibilang Gantung Diri Sang Bunda Terus Cari Keadilan 1 (nova.id)

"Vino tak yakin Fa dan Bu bunuh diri. "Terlalu banyak kejanggalan." (Foto: Sukrisna) "

Kaki Menapak Lantai

Tidak adanya surat penahanan Bu jelas dipermasalahkan pengacara Yus, Vino Octavia Macun. Saat surat itu ditanyakan ke polisi, Vino dapat jawaban yang mengejutkan. "Aneh sekali! Katanya sudah diberikan ke Fa padahal saat itu Fa juga ditahan. Masak surat pemberitahuan penahanan diberikan ke adiknya yang juga ditahan?" Polisi berdalih, pihak Fa dan Bu yang bersikukuh menyimpan sendiri surat penahanan itu. Katanya, tak ingin keluarga tahu masalah yang mereka hadapi.

Bukti lain yang menguatkan keluarga bahwa kematian kakak-beradik ini bukan karena bunuh diri juga banyak. "Fa sudah kelihatan lemas sejak hari kedua ditahan polisi. Setelah meninggal, badan mereka penuh lebam dan bekas luka," terang Didi. Bahkan, kondisi Bu lebih mengenaskan. Selain badan lebam, giginya rontok dan tangan kanannya patah. "Dengan kondisi seperti itu, mana mungkin tewas akibat gantung diri. Kami yakin, mereka dianiaya, tewas, lalu jasadnya digantung," papar Didi.

Jeruji sel tempat keduanya ditemukan meregang nyawa juga dinilai tak mendukung keterangan polisi. "Saya sudah cek tempat mereka ditemukan. Tidak mungkin tempat itu dipakai untuk gantung diri karena tingginya tidak mencukupi. Bahkan ketika ditemukan, kaki mereka masih menapak di lantai," tambah Vino yang berharap tim dari Mabes Polri yang diterjunkan ke Padang bisa mengungkap fakta sesungguhnya.

Tulang Punggung Keluarga

Jelas, Yus amat kehilangan Fa dan Bu yang diyakininya bukan anak berandalan. Si bungsu Fa sehari-hari memang tak ada kegiatan kecuali main dengan teman-temannya. "Dia sebenarnya enggak nakal tapi karena memang masih kecil, belum mau bekerja dan hanya bisa minta uang." Fa hanya sekolah sampai kelas IV SD. "Ya, terpaksa putus sekolah karena kami tak punya biaya," jelas Yus yang sejak Fa umur 1 tahun harus menghidupi sendiri keluarganya lantaran suaminya meninggal. "Kalau saya masih di sawah, Fa yang bantu menanak nasi dan beres-beres rumah."

Akan halnya Bu, sudah bisa cari duit dengan cara ikut menambang emas di Sijunjung. "Hasilnya, sih, tidak tentu. Setiap kali punya uang, dia selalu kasih saya uang belanja. Dia sebenarnya salah satu tulang punggung keluarga karena memang dia yang paling sering memberi saya uang belanja."

Oleh karena itulah Yus amat heran saat Bu disebut anggota sindikat pencuri motor, sementara hari-harinya banyak dihabiskan di lokasi tambang emas. "Tuduhan itu tidak masuk akal," tandas Yus yang menyebutkan gara-gara keterbatasan biaya, Bu juga putus sekolah saat di kelas I SMP.

Setelah Fa dan Bu meninggal, kini Yus hanya hidup bersama Daud yang sehari-hari bekerja sebagai pemetik kelapa lantaran Didi sudah menikah dan tinggal di rumah sendiri. "Banyak yang hilang setelah mereka meninggal. Rumah kami mendadak jadi sepi."

Sukrisna / bersambung