Sedangkan Rakom Citra FM, yang ada Desa Karangsari, Kec. Sempu, Banyuwangi, termasuk rakom yang sudah cukup lama berdiri, tepatnya sejak tahun 1999. Berdirinya rakom ini didasari cita-cita pemiliknya, Joko Sutrisno (45), yang memang sejak remaja bercita-cita ingin menjadi penyiar, bahkan memiliki radio sendiri. "Entah apa sebabnya, tapi sejaki dulu saya ingin jadi penyiar, bahkan punya radio sendiri. Saya jadi punya kebangaan kalau suara saya bisa didengar banyak orang," kata Joko, ketika di temui di ruang tamu rumahnya yang sebagian dibuat studio rakom miliknya.
Karena sudah lama bercita-cita ingin memiliki radio, pada 1999 ia berhasil mengumpulkan uang untuk membuat pemancar dengan jangakauan terbatas. Ia masih ingat, betapa senangnya ketika pertama kali mengudara dan suaranya jelas terdengar di radio yang didengar seantero warga desa. "Pokoknya tak terbayang senanagnya. Saya, kan, cuma petani desa, tiba-tiba suara saya bisa ditangkap dan didengar banyak orang. Itu, kan, jadi kebanggan tersendirI," tutur Joko senang. Namun, ketika itu, Joko belum mengerti aturan apa saja yang harus dipenuhi untuk membuat radio
Ia akhirnya mengenal radio komunitas ketika suatu hari didatangi petugas yang menyita perangkat siarannya karena dianggap sebagai stasiun radio liar. Tentu saja Joko menolak alat-alat siarannya disita. "Akhirnya radio saya tidak jadi dibredel, malah diarahkan untuk segera bergabung dengan jaringan radio komunitas," jelas Joko yang atas saran itu dirinya langsung melegalkan rakom miliknya.
Menurut bapak dua anak ini, Rrakom Citra menyiarakan beragam acara yang sangat menarik. Terutama diperuntukkan bagi komunitas yang tergabung dalam komunitas Citra FM yang jumlahnya sudah lebih dari 250 orang, tersebar di berbagai desa. Beragam kegiatan pun dilakukan para anggotanya, seperti arisan Anjang Sana yang diadakan setiap 15 hari sekali, arisan Lesehan, dan lainnya. "Kalau pas ada arisan, otomatis siaran off karena kami fokus ke acara itu," ujar Joko yang juga menggaji dua penyiar lain, yakni Sundari dan seorang reporter Taufik Hidayat.
Joko juga menambahkan, selain kegiatan off air, ia juga memiliki berbagai acara yang intinya untuk mengembangkan kebudayaan asli Banyuwangi, misalnya gandrung serta jaranan barong. Bahkan untuk gandrung, dia memiliki satu tim yang pemain utamanya adalah para waria, yang disebut gandrung waria. "Saya sengaja memberi wadah kepada mereka untuk mengekpresikan kemampuan seninya, agar tidak dipandang sebelah mata," jelas Joko yang usahanya itu membuat para waria merasa terangkat derajatnya.
Uniknya lagi, Rakom Citra juga menerima siaran langsung dari lokasi setiap ada hajatan, entah itu acara perkawinan, sunatan, maupun pengajian. Pada acara live kawinan misalnya, ada seorang reporter khusus yang menyiarkan secara langsung jalannya acara, layaknya radio profesional lainnya.
"Jadi seluruh prosesi akad nikah, sampai siapa saja tamu yang datang kami siarkan langsung," papar Joko. Untuk acara seperti ini, ia mematok biaya sekitar Rp 500 ribu kepada yang punya hajat. Biaya itu selanjutnya digunakan untuk mengaji reporter. Ia pun harus mempergunakan alat relay, yang fungsinya untuk mentransfer materi siaran di lokasi hajatan sampai ke ruang siaran untuk diudarakan.
Gandhi Wasono M