Dibayar Cek Kosong
Tjing mengaku mengenal Lily tanpa sengaja. Sekitar tahun 2010, ketika ia bertandang ke rumah temannya, Anton, distributor spare part motor besar yang selama ini menyuplai barang ke tempatnya. Pada pertemuan itu, Tjing menduga Lily berprofesi seperti dirinya, penjual spare part motor yang mengambil barang ke Anton. Di awal pertemuan itu, ia melihat Lily merupakan sosok pribadi yang mengesankan. Tak hanya ramah, menurut Tjing, cara komunikasinya pun sangat enak. Supel dan berwawasan luas.
"Soal bicara dan penampilannya, ciamik sekali. Dia jago sekali mengolah kata sehingga orang yang diajak komunikasi sampai dibuat terpana," papar Tjing seraya mengatakan, tak hanya cara komunikasinya saja, secara fisik pun Lily sangat menawan dan meyakinkan. Tergolong cantik, muda, serta pakaian dan aksesoris yang dikenakannya terlihat bermerek.
Dalam percakapan itu, lanjut Tjing, Lily mengobral omongan jika dirinya memiliki usaha lumayan besar dan berprospek menggiurkan. Selain memiliki beberapa SPBU yang tersebar di beberapa tempat, usaha pecah batu, serta kontraktor yang menangani beberapa proyek besar. "Pokoknya omongannya melambung tinggi sekali, deh," ujar Tjing.
Usai perkenalan pertama, ia kemudian bertemu Lily lagi di tempat yang sama. Di pertemuan kedua, Lily yang punya tiga anak itu mulai melakukan manuver. Dengan berbagai cara, di antaranya spare part yang dibelinya dari Anton diminta untuk dijualkan distributor lain ke bengkel-bengkel. "Awalnya tidak banyak, jumlah yang diminta cuma ratusan ribu rupiah saja," cerita Tjing.
Seusai membawa spare part tapi belum sempat membayar, Lily kemudian membawa lagi spare part dalam jumlah lebih banyak. Karena tak kunjung membayar, Tjing berusaha menagih ke rumahnya di Sidoarjo. Tapi lagi-lagi, hanya janji-janji melulu. Pernah suatu ketika, Lily mengembalikan dalam bentuk spare part tapi dalam kondisi dus sudah terbuka. Dengan kata lain, tak sessuai dengan yang dibawanya dulu.