Kisah "Malinda Dee" dari Sidoarjo (1)

By nova.id, Rabu, 28 Desember 2011 | 23:45 WIB
Kisah Malinda Dee dari Sidoarjo 1 (nova.id)

Kisah Malinda Dee dari Sidoarjo 1 (nova.id)
Kisah Malinda Dee dari Sidoarjo 1 (nova.id)
Kisah Malinda Dee dari Sidoarjo 1 (nova.id)

"Demi terkuaknya kasus peniupuan Lily hingga ke meja hijau, Tjing berkirim SMS langsung ke Kapolda Jatim Irjen Hadiatmoko. (Foto: Gandhi Wasono) "

Mobil Harga Miring

Tak kuat menahan sakit hati karena setiap menagih selalu dikata-katai, Tjing kemudian berhenti untuk melakukan penagihan secara langsung, melainkan melakukan cara lain. Yaitu melaporkan perbuatan Lily ke polisi. Tetapi persoalanya, semua laporan itu seolah hanya dipeti-eskan tanpa ada tindak lanjutnya. Padahal, Tjing merasa, bukti-bukti penipuan Lily sudah jelas ada di depan mata.

 Uniknya, pada waktru bersamaan, Lily juga melakukan penipuan serupa kepada Samuel, yang tak lain adalah adik kandung Anton, distibutor spare part motor. Hanya modus yang dilakukan agak berbeda, kendati polanya sama yakni menggunakan janji manis dan penampilan yang meyakinkan.

Samuel yang ditemui NOVA di rumahnya di Darmo Permai Surabaya, Selasa (19/12) menjelaskan, ia mengenal sosok Lily pada awal tahun 2011, saat ia mengambil spare part di rumah kakaknya. Seperti yang dirasakan oleh korban lainnya, Lily benar-benar sosok yang meyakinkan. Selain komunikasinya meyakinkan, cantik, bermobil mewah, juga selalu mengenakan pakaian yang tak murah. "Siapa yang tak percaya kalau dia benar orang kaya. Tas yang dipakainya saja bermerek seharga Rp 100 jutaan," imbuh Samuel.

Setelah beberapa kali bertemu Samuel, Lily langusng bisa membaca situasi. Ketika itu, Samuel mengaku sedang mencari mobil baru setelah mobil lamanya dijual. Mengetahui sedang butuh mobil, Lily tiba-tiba menawarkan untuk membelikan mobil melalui dirinya dengan harga miring. "Dia bilang, kalau beli dari dia bisa dapat diskon sampai Rp 40 juta," cerita Samuel.

 Lily mengaku bisa mendapatkan harga miring karena selama ini sudah berhasil menjualkan puluhan unit mobil, sehingga oleh pihak dealer diberi bonus potongan lebih tinggi dari konsumen lain. Merasa mendapat tawaran menguntungkan, Samuel pun dengan enteng bersedia menyerahkan uang Rp 200 juta untuk membeli salah satu mobil yang saat itu harga baru di pasaran bernilai Rp 260 juta.

 "Karena di pasaran harganya masih Rp 260 juta, nanti kalau mobilnya sudah ke luar kamu cukup nambahin ke aku Rp 20 juta. Yang Rp 40 juta, potongan diskonnya," kata Samuel menirukan ucapan Lily kala itu.

 Tentu saja Samuel setuju dan tergiur dengan apa yang dijanjikan Lily. Bahkan, Samuel sudah membayangkan, tak lama lagi akan menikmati mobil baru. Sayang, kegembiraan Samuel hanya sesaat, setelah tanggal jatuh tempo mobil harusnya keluar, ternyata kendaraan yang diharapkan tak kunjung muncul seperti yang dijanjikan. "Padahal, saya tahu persis dia (Lily) punya surat pemesanan kendaraannya segala. Itulah yang membuat saya yakin," cerita Samuel.

Ketika akhirnya Samuel menagih janjinya, Lily berdalih macam-macam. Karena didesak terus, Lily kemudian mengembalikan uang Samuel dengan cara dicicil menggunakan cek. Samuel masih ingat persis, saat membayar dengan cek itu yang memberikan dan menandatangani diduga seorang perwira polisi yang bertugas di Jatim, yang saat itu terlihat dekat dengan Lily.

"Tapi lagi-lagi semua itu bohong. Cek yang diberikan ternyata cek kosong," papar Samuel yang mengaku, pemberian cek kosong itu terjadi beberapa kali kepadanya dan kosong semua. Oleh karena tak mendapat kepastian dan sering dikecewakan, Samuel pun melaporkan kasus itu ke polisi. "Tapi, ya, gitu, meski sudah saya laporkan masih saja terkatung-katung kasusnya. Padahal semua bukti adanya penipuan sudah kuat," jelasnya.

Gandhi Wasono M / bersambung